Konsumsi Domestik Melambat
Karena itu, lanjut dia, meski konsumsi domestik berpotensi melemah, pemerintah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi tahun ini bisa mencapai level 5,8 persen, jauh di atas proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) yang hanya memproyeksi 5,2 persen.
"Yang membuat saya optimistis adalah ekspor akan membaik di triwulan III dan IV karena kenaikan harga komoditas. Selain itu, investasi juga akan membaik di triwulan IV sebagai dampak paket insentif yang kita berikan," jelasnya.
Rupiah Tembus 11.438 per USD
Di sisi lain, kabar adanya dana siaga USD 30 miliar untuk menjaga neraca pembayaran Indonesia, rupanya belum bisa menenangkan pasar. Ini terlihat dari gejolak fluktuasi nilai tukar rupiah yang kemarin melemah signifikan.
Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan, dalam kondisi saat ini, pasar lebih melihat kondisi fundamental ekonomi. "Sayangnya, data perekonomian yang diproyeksi membaik seperti neraca dagang dan inflasi, baru akan dirilis bulan depan. Jadi, selama menunggu realisasi data itu, pasar masih akan fluktuatif," ujarnya kemarin (11/9).
Kurs rupiah berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor) yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan, rupiah kemarin ditutup di posisi 11.438 per USD, melemah 258 poin dibanding penutupan sehari sebelumnya yang di posisi 11.180 per USD.
Pelemahan harian hingga 258 poin ini merupakan yang terbesar dalam periode depresiasi rupiah akhir-akhir ini. Dengan posisi saat ini, maka sepanjang tahun ini (year-to-date), rupiah sudah melemah 1.753 poin atau 18,1 persen dibanding posisi awal tahun yang di level 9.685 per USD.(owi/sof)