Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Konya

Oleh Dahlan Iskan

Minggu, 30 Desember 2018 – 04:40 WIB
Konya - JPNN.COM
Dahlan Iskan di kawasan makam Maulana Rumi di Konya, Turki. Foto: Instagram/dahlaniskan19

Minus lima derajat.
Angin pula.

Telinga terasa mau copot. Telapak tangan mati rasa.
Tapi saya tahan diri.
Untuk tetap membaca puisi.

Bukankah itu puisi Rumi? Yang mengajarkan pengorbanan tanpa batas? Mengapa takut mati kedinginan?

“Dalam keadaan marah dan murka, jadilah seperti orang mati” kata Maulana Rumi.

Mbudek dan micek,” kata filsafat Jawa. Artinya: menulikan telinga. Dan membutakan mata.

Rumi pujaan saya. Sejak remaja. Juga pujaan orang sedunia. Lihatlah siapa saja yang datang ke Konya. Dan mereka melakukan apa.

Saya lihat wanita India. Dari Mumbai. Duduk bersila. Di lantai ruang besar makam itu.

Saya juga bersila di sebelahnya. Setelah tadi lama bersila di pojok sana.

Maulana Rumi tidak pernah mempersoalkan agama. Bahkan dalam satu puisinya Rumi menulis: bukan Islam, bukan Kristen, bukan Yahudi.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close