Korban Terbanyak dari 'Daerah Aman'
RSUP Dr. Sardjito KewalahanSabtu, 06 November 2010 – 06:11 WIB
Endang berjanji alat-alat medis yang dibutuhkan pasien akan berusaha dilengkapi. Dia juga meminta pasien untuk bersungguh-sungguh dalam menjalani perawatan. "Jangan pulang kalau belum benar-benar sembuh. Dan tidak usah memikirkan hal lain," tegasnya. Di antara para pasien, masih ada yang sibuk memikirkan anggota keluarga lainnya, rumah dan harta bendanya, atau ternak. Menurut Endang, pikiran para pasien harus fokus pada penyembuhan, dan bukan pada hal-hal lain di luar kesehatannya. "Jangan pula dipikirkan untuk biaya. Negara yang menanggung," ungkapnya.
Mengenai tidak cukupnya ruangan perawatan intensif bagi korban luka bakar, Kepala Humas dan Hukum RSUP Dr. Sardjito Trisno Heru Nugroho mengatakan, ruangan ICU juga dipakai. "Prinsip kerjanya sama antara ruang perawatan luka bakar dengan ICU. Jadi karena tempatnya tidak cukup, kami tempatkan korban di ICU," katanya. Sementara korban luka lainnya yang kondisinya relatif ringan ditempatkan di lantai 2 bekar Gedung IGD. Di pintu masuk bangsal, terdapat 21 nama korban letusan Merapi yang kebanyakan berasal dari Argomulyo.
Erna Nur Hidayati, korban selamat yang tengah menunggui keponakannya Ade Surya yang mengalami luka bakar sebagian, mengatakan, warga sebenarnya punya kesempatan untuk mengungsi. Tapi karena tidak semua keluarga bisa bersiap-siap dengan cepat, banyaknya korban tidak bisa dihindarkan. Wanita 47 tahun yang berasal dari Kliwang, Argomulyo , merupakan penduduk asli Argomulyo. Menurutnya, sejak kecil, dia belum pernah mengalami Merapi dalam kondisi seburuk ini. "Belum pernah saya lihat Merapi seperti ini. Dulu, paling jauh, saya hanya melihat bunga api di puncak Merapi," ujarnya.