Korban Tewas Bertambah Seiring Peningkatan Konflik Palestina-Israel
'Hamas siap melawan'
Gelombang baru kekerasan ini menyusul ketegangan selama berminggu-minggu selama bulan Ramadan, dengan bentrokan antara polisi Israel dengan pengunjuk rasa Palestina di dekat kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur.
Kekerasan ini meningkat menjelang keputusan pengadilan - yang sekarang sudah ditunda - yang bisa membuat warga Palestina digusur dari rumah mereka di Yerusalem Timur yang dinyatakan sebagai milik warga Yahudi.
Presiden lembaga Pengungsi Internasional Eric P Schwartz mendesak kedua belah pihak untuk 'segera menghentikan serangan' dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk 'mendesak pemerintah Israel agar tidak mengusir keluarga Palestina dari Sheikh Jarrah."
Refugees International mendesak Israel untuk mencabut blokade terhadap Gaza 'supaya terhindar dari tragedi kemanusiaan".
"Sejak 2007, blokade dan tiga perang menyebabkan kondisi yang semakin memburuk bagi hampir dua juta warga Palestina yang tinggal di salah satu kawasan terpadat di dunia ini," kata Schwartz.
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh mengatakan insiden Sheikh Jarrah sudah membuat "Israel harus membayar mahal."
"Bila pasukan Israel ingin meningkatkan serangan, kami sudah siap melawan. Bila mereka ingin berhenti, kami juga sudah siap," kata Haniyeh.
Konflik yang terjadi menyebabkan penundaan pembicaraan para lawan politik Netanyahu yang bermaksud membentuk pemerintahan koalisi baru setelah hasil pemilu Israel tanggal 23 Maret yang tidak menghasilkan pemenang mutlak.