Krisis Air Bersih di Rusunawa, Satu Keluarga Dijatah Dua Galon Perhari
Imbas dari krisis air ini, penghuni rusunawa milik Pemko Batam itu, terus berkurang. Tiap bulan rata-rata 13 KK yang meninggalkan rusun karena masalah air yang menjadi kebutuhan pokok.
"Dulu di atas 300 KK, sekarang tinggal 270-an KK, itupun banyak lagi yang mau keluar. Mau mempertahankan penghuni tak tega, Kasihan juga kalau air bermasalah," ucapnya.
Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Rusunawa Pemko Batam Teguh saat dikonfirmasi mengaku telah berupaya keras untuk mengatasi persoalan tersebut sebagai jaminan kenyamanan penghuni. Hanya saja, belum bisa terwujud karena situasi dan kondisi dari pihak ATB sebagai penyuplai air belum bisa disesuaikan karena alasan tertentu.
"Pemberitahuan hingga pertemuan langsung dengan pihak ATB sudah, tapi sepertinya belum ada solusi yang tepat. Sebaiknya kawan-kawan konfirmasi langsung ke ATB, kenapa bisa begitu," ujar Teguh.
Upaya selanjutnya yang akan ditempuh pihak pengelola rusun, kata Teguh, akan menemui Wali Kota Batam Muhammad Rudi agar kembali berkoordinasi dengan ATB tentang solusi jangka pendek dan panjangnya. "Kita pun tak ingin masalah ini berlarut-larut. Kasihan warga. Bukan rusun saja tapi hampir se-Tanjunguncang. Nanti Pak Wali yang akan berjumpa dengan pihak ATB," imbuhnya.
Sementara itu, seperti diberitakan sebelumnya, pihak ATB melalui surat edaran yang diberikan ke pengelola rusunawa menyampaikan belum bisa mengatasi persoalan itu.
Dalam surat ditandatangani Superintendent Corsec PT ATB Irsan Munadi tersebut, menjelaskan tersendatnya suplai air ATB ke wilayah Tanjunguncang karena pesatnya perkembangan pembangunan di Kota Batam, sehingga pembagian suplai semakin banyak dan terjadi penurunan suplai air ke wilayah ujung seperti Tanjunguncang.
Masih dalam surat edaran yang dikirimkan ke pengelola Rusunawa Pemko Batam I tersebut, dijelaskan bahwa ini jadi persoalan serius dan sulit diatasi, sebab IPA baru di Dam Tembesi yang satu-satunya solusi untuk mengatasi persoalan itu belum juga beroperasi.