Kunjungi Marawi, Presiden Duterte Bagi-Bagi Arloji
jpnn.com, MARAWI - Presiden Rodrigo Duterte akhirnya berhasil menginjakkan kakinya di Kota Marawi, Kamis (20/7), setelah dalam tiga kali kesempatan sebelumnya gagal.
Kedatangan pemimpin 72 tahun itu tidak diketahui banyak orang. Bahkan, para jurnalis yang bertugas meliput krisis di ibu kota Provinsi Lanao del Sur tersebut juga tidak banyak yang tahu.
Dengan mengenakan baju doreng dan sepatu bot, Duterte tiba di Kamp Ranao sekitar pukul 14.00 waktu setempat.
Dia didampingi beberapa anggota kabinet. Di antaranya, Penasihat Keamanan Nasional Hermogenes Esperon, Menteri Pertahanan Delfin Lorenzana, dan Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal Eduardo Ano. Begitu turun dari helikopter, Duterte menemui tentara-tentara di kamp tersebut.
”Presiden Duterte memuji para serdadu yang gigih bertempur di garis depan meskipun mereka tahu bahwa musuh yang dihadapi adalah teroris berbahaya,” kata Letkol Jo-Ar Herrera, jubir Joint Task Force Marawi. Tidak sekadar menyapa para personel militer yang mempertaruhkan nyawa di Marawi, Duterte juga memberikan hadiah kepada mereka. Misalnya, jam tangan alias arloji.
Herrera menyebut kedatangan dan apresiasi positif Duterte itu sebagai suntikan semangat bagi pasukannya. Sebab, meskipun militan Maute yang menguasai Marawi dilaporkan kian tersudut, pertempuran masih terus terjadi di sana. ”Dengan mengunjungi kami di kamp militer ini, kami sadar bahwa presiden sangat peduli kepada kami. Dia menunjukkan dukungannya secara langsung lewat kunjungannya,” ungkapnya.
Kamis siang itu, Duterte khusus berkunjung ke Kamp Ranao yang menjadi basis utama pertahanan militer Filipina di Marawi. Jarak kamp itu dengan palagan yang menjadi arena pertempuran militan dan militer Filipina berkisar 3 kilometer. Setelah berinteraksi dengan para serdadu, mantan wali kota Davao itu lantas memeriksa sekitar 400 senjata api yang disita militer dari tangan militan.
Duterte berada di kamp yang terletak tidak jauh dari pusat kota itu selama empat jam. Desing peluru dan suara ledakan beberapa kali terdengar dari kamp tersebut selama kunjungan singkat sang presiden. Namun, Duterte yang Kamis itu menyelipkan pistol di pinggangnya sama sekali tidak takut. Sebagai mantan wali kota yang disebut-sebut mengepalai Death Squad Davao, dia terbiasa mendengar suara tembakan.
”Presiden tidak bersedia mengambil risiko dalam kunjungan ini. Beliau mengabaikan keselamatan dirinya hanya agar bisa dekat dengan orang-orang terbaiknya yang tidak lelah berjuang sampai hari ini,” ujar Ano. Di hadapan para serdadu yang masih bertahan setelah memerangi militan selama sekitar dua bulan itu, Duterte mengucapkan terima kasih atas dedikasi mereka.