Kunjungi Marawi, Presiden Duterte Bagi-Bagi Arloji
Sebelum akhirnya mengunjungi Marawi, Duterte telah melayangkan surat ke Kongres Filipina terkait status darurat di kawasan muslim tersebut. Dalam surat tujuh lembar itu, dia menyatakan bahwa status darurat masih perlu diterapkan di Marawi. Sebab, meskipun Maute kian lemah, ancaman teror dari kelompok-kelompok lain masih sangat nyata.
”Kelompok-kelompok radikal sudah siap mengaktifkan kembali jaringan Isnilon Hapilon dan melancarkan serangan-serangan balasan,” tulis Duterte. Intelijen militer Filipina melaporkan bahwa Hapilon sudah menyebar orang-orangnya di beberapa kota besar di Kepulauan Mindanao. Pentolan Abu Sayyaf Group itu bahkan sudah mengirimkan dana ke berbagai kelompok radikal untuk membiayai serangan.
Sejauh ini, pertempuran di Marawi sudah makan banyak korban dari kubu militer. Sedikitnya 99 serdadu tewas dalam pertempuran sengit dengan militan. Sedangkan 900 personel militer yang lain terluka saat menjalankan tugas. Namun, jumlah korban sipil jauh lebih banyak. Kabarnya, tidak kurang dari 565 penduduk Marawi tewas dalam pertempuran. Sebanyak 500 ribu lainnya mengungsi ke kota lain.
Meskipun Amerika Serikat (AS) dan Australia telah mengirimkan pesawat pengintai dan Tiongkok memasok senjata untuk militer, perlawanan militan belum benar-benar padam. Krisis yang masih mencengkeram Marawi itu membuat Duterte berencana memperpanjang status darurat militer di sana. Kepada Kongres, dia menyatakan bahwa status darurat militer bakal diterapkan selama minimal 60 hari lagi. (AFP/Reuters/inquirer/philstar/hep/c21/any)