Kurang Guru, Belajar Mengajar Dihentikan
jpnn.com - JAKARTA – Beberapa SD negeri di penjuru Merauke, Papua, dikabarkan terpaksa menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar. Pemicunya adalah tidak adanya guru.
Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud Sumarna Surapranata mengaku telah menanyakan kabar itu ke Kepala Dinas Pendidikan dan Pengajaran Kabupaten Merauke Yohanis Samkakai.
"Informasi yang saya terima, tidak benar ada kekosongan guru sama sekali," katanya kemarin. Meskipun begitu dia tidak menampik ada kekurangan guru yang cukup banyak dalam waktu hampir bersamaan.
Pejabat yang akrab disapa Pranata itu menjelaskan pemicu masalah ini adalah, banyaknya guru yang mengambil kuliah S1. Seperti di Universitas Cenderawasih dan Unibersitas Musamus Merauke.
Ada juga yang mengambil kuliah di Universitas Terbuka (UT). Proses kuliah ada yang tatap muka dan jarak jauh seperti dilakukan UT.
Pranata berharap guru-guru yang belum S1 keguruan itu segera wisuda. Apalagi beban SKS mereka sudah tereduksi tinggal 33 persen dari beban SKS wajar program sarjana. Beban SKS itu dikurangi karena menghitung skema Pengalian Pengalaman Kerja dan Hasil Belajar (PPKHB).
Menurut Pranata guru-guru itu tidak salah, karena mengejar pemenuhan kriteria syarat minimal guru berijazah S1.
Sebagai upaya darurat, dinas pendidikan setempat sudah merekrut tenaga guru honorer. Yakni 199 orang untuk jadi guru honorer SD dan 25 orang guru honorer SMP. Namun tetap saja terjadi kekurangan guru di pedalaman Merauke.