Lacak Jejak Gamelan Kuno sampai ke Gresik
Pengalaman mengajar gamelan Sumarsam semakin bertambah ketika pada 1971 dia ’’ditanggap’’ untuk mengajar gamelan di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Canberra, Australia. Dia tak kembali ke tanah air. Sebab, pada tahun yang sama Universitas Wesleyan di Connecticut, Amerika, Bagaimana menyeleksi mereka? Sumarsam memiliki strategi cukup jitu. Dia menugaskan mereka untuk menulis esai tentang kenapa mereka ingin mengikuti mata kuliah gamelan. ’’Dari esai itulah, saya menilai mana alasan mahasiswa yang paling bagus. Kalau bagus ya diterima,’’ kata Sumarsam yang dinobatkan sebagai profesor sejak 1992 itu. Mengajar gamelan di Amerika, kat dia, berbeda dengan di Indonesia. Saat masih di Kokar, gamelan diajarkan secara mendalam. Sebab, lulusan sekolah yang kini berubah menjadi Sekolah Menengah Karawitan Indonesia itu akan menjadi pemain gamelan atau pengajar gamelan. ’’Kalau di Amerika jelas berbeda. Di Memang, kelas gamelan yang diberikan dalam satu semester itu tidak mendalam. Meski begitu, ada juga mahasiswa yang serius belajar gamelan. ’’Mereka biasanya mengambil kuliah lebih lama. Paling tidak dua semester. Ada juga yang sampai S2,’’ katanya. Meski sudah 37 hidup di Amerika, Sumarsam masih fasih berbicara bahasa Jawa. Begitu pun anak pertamanya. ’’Soalnya anak saya yang pertama lahir di Jawa. Beda dengan anak kedua saya. Dia tidak bisa berbicara bahasa Jawa sama sekali. Dia lahir di Amerika. Makanya, dia juga jadi warga negara sana,’’ imbuhnya. memberikan dua cucu kepadanya dari pernikahannya dengan seorang lelaki lulusan criminal justice di sebuah perguruan tinggi di Amerika. ’’Menantu saya itu polisi di sana,’’ kata penulis buku Gamelan yang sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh penerbit Pustaka pelajar (2005) itu. /jpnn)