Lalu Playboy
Oleh: Dahlan IskanNovember 2021 Cohen bebas dalam pengertian sebenarnya. Ia datang ke pengadilan untuk menandatangani pembebasannya. "Saya sudah jadi orang bebas," ujar Cohen sambil melambaikan surat pembebasan itu.
Dia masih kaya. Rumahnya saja di Park Avenue, Manhattan. Sejak muda dia sudah hedon. Sehari-hari dia naik mobil Porsche. Dia masih punya mobil Bentley.
Tepat ketika Trump meninggalkan Gedung Putih setelah kalah Pilpres, seorang jaksa baru mulai masuk kantor di New York, karena terpilih di Pemilu kota itu.
Perkara Trump dengan Daniels sebenarnya sudah –dalam istilah media di Amerika– jadi zombie. Jaksa baru itu, Ivan Bragg, minta anak buahnya menengok si zombie. Lalu memanggil Cohen. Diskusi. Puluhan kali.
Pengakuan seseorang yang sudah menjalani hukumannya adalah bukti kuat untuk mengusut Trump.
Cohen sendiri, seperti yang dia tulis di dalam bukunya, menilai Trump itu seorang penipu, mafia, pembohong, penipu, penindas, rasis, penipu, culas, penipu dan pemangsa. Bacalah sendiri di bukunya yang berjudul Disloyal itu.
Setelah intens diskusi dengan Cohen, dibentuklah grand jury. Beranggotakan 23 orang. Juri memanggil Cohen untuk bersaksi. Juga memanggil banyak pihak. Terakhir, dua pekan lalu, juri juga memanggil Trump untuk memberikan keterangan.
Trump menolak datang. Para analis sudah memahami bahwa juri pada akhirnya memanggil calon tersangka itu pertanda bahwa saat penetapan tersangka sudah dekat.