Langkah Anggota DPR Usir Dirut MIND ID Tak Patut Dicontoh
jpnn.com, JAKARTA - Peneliti Alpha Research Database Indonesia Ferdy Hasiman menilai perilaku anggota Komisi VII DPR yang mengusir Direktur Utama BUMN Holding Pertambangan atau Mine Industry Indonesia (MIND ID) Orias Petrus Moedak, tak patut dicontoh.
Video pengusiran Orias sebelumnya viral, setelah terlibat debat kusir dengan anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Partai Demokrat M. Nasir. Keduanya berdebat soal penerbitan obligasi global dan potensi gagal bayar. Peristiwa itu terjadi pada rapat dengar pendapat Komisi VII dengan MIND ID, Selasa (30/6).
"Kami kira kemarahannya menjadi tidak masuk akal. Dirut Mind Id sudah menjelaskan langkah-langkah pembayaran utang obligasi itu. Ada yang tiga tahun, lima tahun dan 10 tahun. Jadi, pembayaran utang tak serampak, tetapi langkah demi langkah. Itu sangat lazim dalam korporasi dan perjanjian bisnis," ujar Ferdy di Jakarta, Kamis (2/7).
Menurut Ferdy, setelah diberi penjelasan, anggota Komisi VII dimaksud masih belum menerima.
“Kami kira, sulit membayangkan melihat aksi korporasi pembelian Freeport Indonesia yang sangat kompleks itu dari kaca mata politik, apalagi jika disusupi kepentingan di baliknya. Pembelian Freeport Indonesia oleh negara adalah bagian dari upaya menjalankan amanat UUD’45," ucapnya.
Ferdy menjelaskan, tambang tembaga dan emas Grasberg adalah tambang paling profitable di dunia. Indonesia menyesal jika pemerintah tak menggunakan momentum yang ada untuk merebut kembali kedaulatan tambang di Grasberg, Papua.
Tambang Freeport Indonesia ini memiliki beberapa operasi, yaitu, tambang open pit dan underground. Tambang open-pit sudah mencapai titik puncak produksi tahun 2019.
Cadangan tambang open-pit hanya 7 persen dari keseluruhan tambang Freeport di Grasberg. Mulai tahun 2021, Freeport Indonesia mulai menambang di Undergrond (tambang bawah tanah) dengan investasi di atas US$8 miliar.