Lansia Jepang Banjiri Bursa Tenaga Kerja
Sejatinya dia dulu punya bisnis di desa. Namun, prospeknya tak bagus sehingga dia terpaksa menutupnya dan mencari kerja di kota. Kimura senang bertemu dengan para pengusaha muda saat melayani para pembeli. Beberapa kawan seusianya di desa mendapat pekerjaan sebagai penjaga keamanan. Istrinya memintanya pulang saja. Namun, dia ingin terus bekerja setidaknya hingga berusia 75 tahun.
Kian banyak pencari kerja lansia seperti Kuzuno dan Kimura di Jepang. Memang banyak warga Jepang yang pecandu kerja. Jumlah lansia di Negeri Sakura juga makin banyak. Proporsi penduduk usia 65 tahun ke atas di Jepang merupakan yang tertinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain. National Institute of Population and Social Security Research bahkan memperkirakan, pada 2060, sekitar 40 persen penduduk Jepang berusia 65 tahun ke atas.
Tingginya angka lansia membuat pemerintah kewalahan membayar uang pensiun. Karena itu, orang-orang yang ingin memundurkan jadwal pensiun justru didukung. Mereka yang mau menunda pensiun hingga di atas 70 tahun bahkan diberi tambahan gaji.
Sayangnya, tak semua perusahaan membutuhkan lansia. Perusahaan dengan produktivitas tinggi seperti konstruksi dan jasa pengiriman lebih membutuhkan para pemuda. Merekalah yang selama ini kekurangan pegawai akibat rendahnya regenerasi penduduk di Jepang. Mayoritas lansia juga tinggal di pedesaan yang minim peluang kerja.
Salah satu yang membuka pintu bagi lansia adalah pendiri sekaligus Presiden Tempos Holdings Atsushi Morishita. Dia terinspirasi ayahnya yang masih bekerja hingga usia 90 tahun. Karena itu, pemilik 58 outlet peralatan dapur tersebut ingin memberikan kesempatan yang sama bagi para lansia di negaranya. (sha/c14/sof)