Lasmi Indaryani Takut saat Diancam akan Dibunuh, Lolos ke Senayan
Paparannya itu semakin membuka mata semua pihak tentang ”kanker” yang turut menggerogoti sepak bola Indonesia tersebut. Desakan agar pemerintah turun tangan pun kian besar.
Puncaknya, Kapolri Jenderal Tito Karnavian akhirnya memutuskan untuk membentuk Satgas Antimafia Bola. Sebuah satuan yang khusus diterjunkan untuk menangkap para pelaku praktik pengaturan skor.
Satu per satu kasus terungkap. Bahkan, khusus kasus Lasmi, begitu biasanya dipanggil, enam tersangka ditangkap. Tidak tanggung-tanggung, dua di antaranya merupakan petinggi PSSI.
Mereka adalah Johar Lin Eng, mantan anggota komite eksekutif, dan Dwi Irianto, personel komisi disiplin. Ada pula Mansyur Lestaluhu, Priyatno alias Mbah Pri, Anik Dwi Kartika Sari, dan Nurul Safarid.
Begitu dia menjadi peniup peluit, teror demi teror menghampiri. Awalnya, dia tidak menghiraukan. Tapi, lama-lama intensitas teror semakin tinggi. Bahkan, ada yang meneror akan menghabisi nyawanya jika masih terus vokal tentang pengaturan skor.
Sebagai perempuan yang tergolong masih hijau di dunia sepak bola pada 2017, semua teror itu sama sekali tak terbayangkan. Lasmi shock, takut, hingga berujung trauma. ’’Saya masih trauma atas kasus mafia bola, entah bisa sembuh kapan. Sekarang fokus sidang dulu saja,’’ katanya.
Boyamin Saeman, kuasa hukum Lasmi, mengatakan, memang tidak ada teror terhadap kliennya yang dilakukan secara fisik. ”Ancaman membunuh, misalnya, disampaikan di media sosial saja,” terang dia.
Namun, bagi Lasmi, lanjut Boyamin, tetap saja itu menakutkan. ”Kami sudah melaporkan pemilik akun ke Polres Banjarnegara. Tapi, hingga saat ini belum ditemukan pemilik akunnya,’’ katanya.