Lawan-Lawan Obama yang Mulai Tumbuh (1)
Senin, 09 Maret 2009 – 06:03 WIB
Limbaugh memang tidak tertarik kepada apa pun. Dia hanya menginginkan satu hal: menjadi penyiar radio. Rupanya dia sangat fokus sejak dari jiwa dan pikirannya. Maka, begitu gagal kuliah, dia pergi merantau ke tempat di mana bisa memberikan kesempatan kepadanya untuk menjadi penyiar. Pergilah dia ke Negara Bagian Pennsylvania dan menjadi disc jockey di sebuah radio. Berhasil. Dia terpilih sebagai top-40 disc jockey terbaik.
Dengan modal prestasinya itu, dia berpindah-pindah ke banyak kota: Kansas City, Sacramento, dan banyak kota lainnya untuk menjadi pengasuh acara talk show di radio. Terakhir, pada 1988, dia berhasil masuk ke New York. Dia diterima di Radio WABC (770 AM) dan berkibar di situ hingga sekarang. Bahkan, Limbaugh menjadi sangat berjasa dalam mengangkat kembali citra radio AM setelah pada 1970-an digusur oleh FM. Radio AM waktu itu dianggap tidak sebaik FM dalam memperdengarkan musik. Padahal, acara Limbaugh lebih mengutamakan talk show. Talk show-nya yang sangat sukses juga bisa menjadi jalan keluar bagi pemilik-pemilik radio AM di berbagai wilayah. Maka, kian banyak radio AM yang minta merelainya -bahkan sampai-sampai ada pula radio FM yang ikut bergabung. Terakhir sampai 650 radio yang ikut menyiarkan Rush Limbaugh Show.
Gaya talk show-nya yang menggabungkan antara memberikan kuliah sungguhan sambil mendengarkan musik dan mempermainkan soal-soal politik membuat Limbaugh seperti seorang penghibur, guru, dan juga politikus. Limbaugh juga pintar dalam mengambil hati dan menyerap aspirasi pendengarnya (terutama aspirasi golongan konservatif) sehingga dialah yang sebenarnya -bukan anggota DPR- yang bisa disebut mewakili suara rakyat golongan itu. Itulah sebabnya, pada masa lalu, para anggota DPR dari Partai Republik memberikan penghargaan kepadanya sebagai ''anggota DPR kehormatan''. Atau, ''anggota DPR yang tidak resmi''. Itu lantaran keberhasilan Partai Republik dalam menguasai kursi di DPR pada 2004 tidak bisa dilepaskan dari jasa Rush Limbaugh.