LBH BUMN: Jangan Terlalu Menyudutkan PTDI
Pengembangan NC212-200 ke NC212- 400 (engine/cockpit redesign) dimulai sejak 2011 dengan aktivitas iterasi kerjasama engineering antara Airbus Military, Spain dengan PTDI dan transfer fasilitas produksi dan engineering data NC212-400 ke Bandung.
"Saat ini dengan dukungan Kedubes RI di Bangkok, PTDI sedang memohon keringanan kepada user (MOAC-Thai) agar memperhitungkan faktor force majeure akibat bird impact pada engine yang dapat mereduksi denda sekitar US $3 juta," ungap Habiburokhman.
Dengan lesson learnt ini, menurut dia PTDI sudah memiliki pengalaman yang cukup untuk pengerjaan NC212-400 yang kemudian lebih lanjut dikembangkan menjadi NC212i. Saat ini pihak MOAC sedang dalam proses pengadaan lanjutan 2 unit NC212i melalui PTDI (kontrak pengadaan 1 unit direncanakan untuk ditandatangani pada akhir Maret 2017).
Yang lainnya seperti pesawat jenis NSP-22 yang telah digantikan dengan AS332C1e menjadi stok helikopter di PTDI yg saat ini dalam finalisasi proses upgrade menjadi NAS332C1+. Upgrading NSP22 menjadi NAS332C1+ ini juga ditujukan sebagai usulan typical solution model untuk melakukan upgrading armada Super Puma lama yang ada di TNI AU saat ini.
Stock NAS332 C1+ akan siap terbang pada awal Mei 2017 dan akan menjadi available stock/finish good inventory senilai US$14 juta. Saat ini sudah ada peminat AS332C1+ untuk end user di kawasan Afrika dan Timur Tengah dengan harga penawaran sebesar US$16,5 juta.
"Atas dasar itu LBH BUMN mengajak semua pihak untuk mendukung keberlangsungan PT DI yang telah diperhitungkan banyak Negara dan menjadi kebanggaan Indonesia, tak elok kita sudutkan dan tuduh membabi buta, perusahaan yang didalamnya anak bangsa sendiri dan sudah jadi kebanggan bangsa ini," kata Habiburokhman.(fri/jpnn)