Lebaran Mik
Oleh: Dahlan Iskan"Saya memang tidak mau anak saya jadi dokter. Saya juga tidak mau anak-anak jadi pengacara atau politisi," katanya.
Dokter Mik pernah tersinggung berat oleh orang yang memikirkan untung rugi. Ketika itu ia membuka klinik di sebuah rumah sakit. Pasiennya begitu banyak. Terbanyak. Lalu pemilik rumah sakit itu mengajaknya bicara: mengapa dari pasien yang begitu banyak hanya sedikit yang menjalani operasi.
Ternyata si pengusaha melihat untung-rugi. Juga berorientasi kalah dan menang. Rumah sakitnya tidak mau kalah. Ia menghendaki agar lebih banyak pasien menjalani operasi. Lalu bisa tinggal di rumah sakit lebih lama.
Dokter Mik pun menjelaskan prinsip hidupnya sebagai dokter: mana yang terbaik untuk pasien. Yang tidak harus opname tidak akan diminta opname.
"Tetapi kalau banyak pasien yang operasi dokter kan juga bisa dapat uang banyak," kilah si pengusaha. "Dokter tidak boleh begitu," jawab dr Mik.
"Berarti dokter ini merugikan rumah sakit," tukas si pengusaha lagi.
Sejak itu dokter Mik memikirkan harus punya tempat praktik sendiri. Sesegera mungkin. Ia dapat rumah di Jalan Bawean, Surabaya.
Ketika Mik mendalami kanker payudara di Belanda, ia mendapat pujian sebagai ahli yang mumpuni. Tetapi ia juga menerima nasihat dari profesornya di sana: semua yang Anda pelajari ini tidak ada gunanya kalau Anda tidak punya satu tim yang kuat.