Cathy Bow dan timnya pergi ke sekolah-sekolah di lokasi yang jauh seperti Galiwin'ku, Barunga dan Papunya untuk mencari bahan-bahan buku tersebut.
Sebuah laporan yang mengarah pada pembentukan program itu merekomendasikan untuk "membanjiri tempat tersebut dengan literatur" -namun materi-materi yang ditemukan tim Cathy mungkin lebih tepat digambarkan sebagai ‘genangan air’.
Jika mereka tak hilang, rusak atau hancur, booklet-nya seringkali penuh debu di dalam lemari sekolah yang sudah lama terlupakan.
"Ada sebuah komunitas di mana program dua bahasa telah ditutup," kenang Cathy.
"Dan ada buku-buku di sana yang menggunung. Kepala Sekolahnya berikir, 'Kita tak menggunakan buku-buku itu lagi, mari kita buang mereka'."
Seorang misionaris setempat kebetulan lewat saat berkotak-kotak buku dibuang keluar.
Menyadari apa yang ada di dalam kotak, ia meminta agar buku-buku itu dikirim ke rumahnya, bukannya meminta tip.
Ia menyimpannya di sana selama bertahun-tahun sebelum buku-buku itu masuk ke arsip.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News