Lewat Bali Buka Jalan Fashion Week di Indonesia
Pada Jakarta Fashion Week (JFW) tahun lalu, Ika dianugerahi Fashion Icon Award. Sebelumnya, dalam Indonesia Fashion Award (IFW) 2012, dia juga mendapat penghargaan sebagai orang pertama yang memulai pekan mode di Indonesia lewat BFW.
Bercerita tentang perjalanan karirnya sebagai desainer, Ika mengungkapkan, ketika kecil, dirinya tertarik pada seni lukis. ’’Saya nggak kepikiran untuk mendesain baju,’’ ucapnya.
Baru saat kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, Ika mulai memikirkan jalur karir yang akan dijalani. Semula, dia ingin mewujudkan impian sang ayah, menjadi penerjemah di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun, jalan hidup membawanya menjadi pramugari di Cathay Pacific yang berbasis di Hongkong pada 1972.
Di tengah karirnya yang kala itu termasuk prestisius sebagai pramugari, mendadak dia tertarik untuk mempelajari dunia mode. Maka, setelah lima tahun menjadi pramugari, Ika memutuskan resign dan banting setir mengambil sekolah mode di London College of Fashion.
Begitu memperoleh ilmu dasar dan teknik merancang busana di sekolah itu, dia mendapat kesempatan bekerja di bagian produksi sebuah label fashion di Berlin, Jerman, 1979–1983.
Kembali ke Hongkong pada 1983, Ika mendirikan fashion house yang diberi nama Ika Butoni.
’’Ketika itu, nama yang berbau Italia (seperti Butoni) sedang populer. Padahal, Butoni saya ambil dari kata button (kancing),’’ jelas perempuan yang ketika kecil hobi menari balet dan lompat indah tersebut.
Tidak butuh waktu lama, Ika Butoni cepat dikenal di Hongkong dan negara-negara lain. Karakter rancangannya yang sophisticated dan penuh sentuhan art menjadi pembeda dari desainer-desainer lain.