Likuifaksi tak Hanya di Petobo
jpnn.com, JAKARTA - Likuifaksi yang menyertai gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah (Sulteng) menyebabkan jumlah ribuan korban cukup banyak. Banyak juga warga mengalami luka berat. Bangunan maupun infrastruktur mengalami kerusakan parah di sejumlah titik.
Ribuan warga mengungsi. Warga masih membutuhkan bantuan makanan, obat-obatan, selimut, air bersih dan lainnya. Penanganan masih terus dilakukan. Termasuk evakuasi korban.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat (Pusdatin dan Humas) BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan hingga, Minggu (7/10), pukul 13.00, tercatat sebanyak 1.763 korban meninggal dunia.
Perinciannya, di Kabupaten Donggala 159 korban meninggal dunia, Kota Palu 1.519, Kabupaten Sigi 69, dan Parigi Moutong 15 . Sedangkan dari Kabupaten Pasangkayu, Sulawesi Barat (Sulbar) satu orang.
Menurut Sutopo, sebanyak 1.755 jenazah sudah dimakamkan. Jenazah dimakamkan di beberapa tempat termasuk pemakaman massal. Antara lain di tempat pemakaman umum (TPU) Paboya 753 jenazah , TPU Pantoal 35. Sebanyak 923 jenazah dimakamkan di pemakaman keluarga. Jenazah di Kabupaten Donggala 35, Biromaru 8 dan Pasangkayu 1 juga sudah dimakamkan.
Selain meninggal, terdapat 2.623 korban mengalami luka berat. Para korban sudah dirawat di sejumlah rumah sakit. BNPB juga mencatat, korban hilang sebanyak 265 orang. “Korban tertimbun 152 orang,” kata Sutopo, Minggu (7/10).
Gempa dan tsunami di Sulteng menyebabkan 62.359 warga mengungsi. Para pengungsi itu tersebar di 147 titik. Gempa dan tsunami juga menyebabkan 66.926 unit. Perinciannya, 66.238 di Sulteng, dan 668 unit di Sulbar.
Selain itu, 2.736 unit sekolah rusak di Kota Palu, Kabupaten Donggala, dan Kabupaten Sigi. Sedangkan Rumah Sakit Anutapura mengalami rusak berat, dan Puskesmas Talise, Bulili, Mamboro, Lere, Nosara, Singgani, juga mengalami hal yang sama.