Literasi Berinvestasi Saat Pandemi Covid-19
Oleh: Edi Setiawan, Wakil Dekan 3 FEB UHAMKASaya rasa butuh lebih banyak upaya mendekatkan platform?platform ini ke generasi milenial, dengan metode yang agak tradisional namun tetap menjunjung unsur?unsur kreatif dan inovatif. Misalnya edukasi dalam Literasi keuangan berguna untuk diperhatikan tak terkecuali bagi kalangan milenial.
Bukan hanya melek soal finansial, namun juga kemudian bisa mengelola dengan baik semacam berinvestasi. Terlebih, di masa pandemi Covid?19 ini yang mengingatkan kalau pengelolaan keuangan begitu bernilai.
Dalam berinvestasi, generasi milenial serta harus paham tentang konsep high risk dan high return. Artinya return yang tinggi secara teori resikonya pula tinggi. Melalui pemahaman ini, harapannya generasi milenial tidak selaku korban fintech ilegal.
Riset dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan, kalangan milenial usia 18? 25 tahun hanya memiliki jenjang literasisebesar 32, 1 persen, sedangkan usia 25? 35 tahun memiliki jenjang literasi sebesar 33,5 persen.
Peningkatan belanja konsumen, perkembangan ekonomi digital dan kelompok investor milenial yang pesat diyakini dapat menggerakkan pasar modal setelah pandemi Covid? 19 berlalu.
Di tengah stagnasi aktivitas bursa saham, muncul kelompok investor milenial berjumlah jutaan memasuki arena bursa untuk mencoba meraih keuntungan.
Artinya, pandemi justru mempercepat tren digitalisasi ekonomi. Banyak pelaksana usaha mengubah model bisnis selaras dengan perubahan perilaku konsumen. Maraknya investor milenial ini serta terjadi di bursa saham domestic (BEI), tercermin dari penghimpunan dana di pasar modal per 9 Juli 2021 yang mencapai Rp92,68 triliun dari 84 penawaran umum.
Dalam perencanaan keuangan, tidak cuma menabung terdapat serta solusi lain yang tak kalah menguntungkannya dari sekadar menabung. Penyelesaian yang efektif yaitu berinvestasi. Tidak cuma memilah investasi seperti saham, obligasi, dan reksadana, generasi milenial juga mulai menginvestasikan dana dalam bentuk crypto.