Lolongan Mistis Jasad Ricky dari Balik Reruntuhan
Kamis, 19 November 2009 – 06:41 WIB
Ini bukan karena tinggal di rumah "meski tambal sulam dan serbadarurat" lebih nikmat daripada tinggal di tenda, meski bagus dan mewah (seperti sumbangan Rotary Club). Tetapi, karena inilah salah satu sifat baik orang-orang Minang. Mereka ingin segera bangkit dan berkarya. Tak betah berdiam diri berlama-lama. Dan, inilah sebabnya, mengapa roda kehidupan di daerah-daerah di Sumatera Barat yang dihajar gempa bisa segera pulih.
Sambil berdiri di sisa teras yang kini posisinya di bibir jurang, saya mencoba mengingat Ira. Wanita muda yang sepanjang siang hari ketujuh pascagempa dulu, menangis di situ. Sementara calon suaminya turun ke dasar jurang dengan berpegang pada potongan kabel listrik, yang diikatkan di potongan tiang rumah.
Di bawah sana, dengan ditemani seorang saudara Ira, pada hari ketujuh itu, lelaki muda tersebut mengais-ngais timbunan tanah sisa longsor untuk mencari jasad calon ibu mertuanya. "Ada jenazah yang bisa ditemukan" tanya saya kepada seorang lelaki yang sedang melepas lelah di depan rumah darurat di samping potongan pagar itu.Dengan ekspresi wajah yang mendadak berkabut, sedih, dia menggeleng. Melihat wajah itu, saya dan Iyut yakin bahwa dia pasti anggota keluarga Ira.