Lord Didi
Oleh Dahlan IskanPernah Pak Jaya menulis khusus mengenai lagu Pamer Bojo. Ia bahas syairnya yang menyayat-nyayat hati.
”Begitu dalam makna syair lagu itu,” tulisnya. Sampai membuat Pak Jaya mbrebes mili.
Maka begitu mendengar Didi Kempot meninggal dunia Pak Jaya syok. ”Saya lebih pantas meninggal lebih dulu,” katanya pada saya.
Setelah kesedihannya reda, Pak Jaya menuju piano. Di rumah Ayla di Jakarta itu memang ada sebuah piano besar.
Itu piano kuno. ”Tipenya pun saya sudah lupa. Sudah terhapus,” ujar Pak Jaya merendah. ”Piano ini juga tidak pernah disetem ulang. Biarlah. Biar nadanya lebih merakyat,” guraunya.
Saya putar tiga kali Pamer Bojo versi Pak Jaya itu. Pikiran saya melayang ke mana-mana: ke panggung-panggung bersama sang raja di kala belum jadi maharaja seperti sekarang.
Juga ke Prapatan Sleko --satu lagunya tentang sebuah perempatan terkenal di kota Madiun. Yang saya (bersama istri) diminta sebagai bintang video klipnya.