Ludruk Madura Sambut 2019 di Rumah Pergerakan Gus Dur
"Hadir di sini mengingatkan masa kecil saya sering menonton ludruk di THR Surabaya," ujar Jonan.
Ketua Umum Pemuda Muhammadyah Sunanto yang berasal dari Sumenep sempat meledek tuan rumah penyelenggara.
"Mbak Yenny pasti tidak paham bahasa Madura di ludruk ini," kata Cak Nanto yang langsung disambut dengan tawa.
Yang menarik dari ludruk ini ialah semua pemainnya laki-laki. Bahkan yang berperan sebagai perempuan pun ialah laki-laki.
Ludruk Rukun Karya memang digandrungi warga setempat hingga di luar Madura.
"Jadwal kami sudah penuh hingga dua tahun ke depan," kata Edi Suhendi, pimpinan Rukun Karya.
KH Muhammad Shalahuddin alis Gus Mamak yang merupakan pengasuh Pondok Pesantren Annuqayah, Guluk-Guluk, Sumenep, menilai ludruk masih sangat relevan pada era seperti saat ini.
"Kesenian tradisional masih relevan. Ini masih dapat menjadi sarana edukasi dan transformasi berbagai kelompok budaya,” ujar Gus Mamak. (jos/jpnn)