Ludruk Tjap Toegoe Pahlawan setelah Minus Cak Lontong
Sulit Atur Jadwal Reuni di Kafe Milik DargombesAdapun Jackie kini bekerja di Perusahaan Gas Negara (PGN), sedangkan Agus Basman bekerja di PLN. Keduanya sudah memegang posisi manajer. Dargombes memilih bekerja di jalur wiraswasta. Dulu dia pernah bekerja di perusahaan swasta ternama. Namun, Dargombes menjadi korban krisis moneter. Dia terkena pemberhentian masal.
Karena itu, Dargombes pun kini mengelola usaha mandiri, yakni event organizer dan pemilik Biyan Kafe. ”Aku iki direktur rangkep-rangkep. Yo ngudek kopi, yo sak sembarange,” jelasnya lantas tergelak.
Menurut pria 44 tahun tersebut, pada 1990-an ludruk Tjap Toegoe Pahlawan amat tenar. Penampilan lima mahasiswa tersebut amat ditunggu-tunggu. Karena itu, kerap kali bila ada acara di sejumlah kampus, ludruk Tjap Toegoe Pahlawan diminta tampil paling akhir. Tujuannya, tentu agar para penonton tidak segera pergi dari gelanggang acara. ”Setelah kami main, baru mereka buyar,” ungkapnya.
Lakon yang mereka bawakan juga beragam. Di antaranya, Sarip Tambak Oso, Branjang Kawat, hingga legenda Surabaya Joko Berek.
Tak jarang pula, satu pemain dan pemain lain berinteraksi menyisipkan guyonan-guyonan yang nyerempet kondisi perpolitikan nasional ketika itu. ”Salah satunya kami mengkritik kaburnya pembobol bank Edy Tansil hingga pesawat buatan Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN) yang ditukar dengan beras ketan,” katanya.
Nama sapaan Dargombes juga muncul dari seringnya dirinya membawakan lakon. Menurut Dargombes, ketika main ludruk, dirinya sering berperan sebagai lurah yang culas dan penuh intrik.
”Wis pokoke lurah sing dargombes, nggapleki. Sukses membawakan peran lurah, nama Dargombes terus melekat,” lanjutnya.
Munculnya nama Lontong juga dari proses interaksi para pemainnya. Karena memiliki nama Lis Hartono, ketika itu Cak Lontong agak malu. ”Lis kan seperti perempuan. Karena itu, sering disingkat L. Hartono,” lanjutnya.