Luka dan Cedera Cepat Pulih dengan Menulis Diari
jpnn.com - RASA sakit yang dialami fisik dan mental itu berbeda, sehingga untuk menanggulanginya pun tidak bisa menggunakan metode yang sama. Tapi baru-baru ini sebuah studi menemukan, menuliskan trauma atau pengalaman negatif bisa mempercepat pemulihan luka yang dialami seseorang.
Peneliti dari University of Auckland, Selandia Baru menemukan luka yang ada di kulit akan pulih tiga kali lebih cepat pada orang-orang yang menuliskan tentang pengalaman traumatis dalam hidup mereka, dibandingka dengan orang-orang yang hanya mendokumentasikan aktivitas harian mereka. Kesimpulan ini diperoleh setelah peneliti meminta 50 partisipan, baik pria maupun wanita, untuk menulis selama 20 menit setiap hari selama tiga hari berturut-turut.
Sebagian partisipan menuliskan tentang pengalaman yang membuat mereka sedih atau marah (negatif) dan mengekspresikan emosi terdalam mereka ke dalam tulisan tersebut. Sisanya menuliskan tentang berbagai aktivitas yang mereka rencanakan untuk dilakukan keesokan harinya tanpa menyelipkan emosi apapun ke dalamnya.
Dua minggu kemudian, seluruh partisipan menjalani biopsi kulit (suatu tindakan pengambilan dan pemeriksaan jaringan untuk mendiganosis sesuatu). Setiap partisipan diambil kulit lengannya sepanjang 4 mm, lalu tingkat pemulihan masing-masing partisipan dipantau dan dibandingkan antara satu sama lain.
Setelah sebelas hari, 76 persen luka yang dialami partisipan yang ekspresif dilaporkan telah pulih, sedangkan pada partisipan yang tidak ekspresif dan lukanya sudah pulih hanya sebanyak 42 persen.
"Studi kami membantu mendemonstrasikan hubungan antara pikiran dengan tubuh dan bagaimana kita dapat memanfaatkan intervensi psikologis untuk meningkatkan hasil fisiologis," kata pemimpin studi, Dr. Elizabeth Broadbent, seperti dilansir laman Daily Mail, Rabu (4/9).
"Tapi studi lanjutan masih diperlukan untuk memastikan apakah tulisan ekspresif dapat mempercepat proses pemulihan pada orang-orang dengan luka kronis seperti pasien yang baru saja menjalani operasi," tambahnya.
Peneliti menduga bahwa menulis secara ekspresif dapat meredakan stres, yang pada akhirnya meningkatkan sistem kekebalan orang yang mengalami cedera. Kemunculan hormon stres telah lama diketahui dapat mengganggu pola tidur dan menyebabkan penurunan jumlah sel-sel sistem imun. Padahal tidur yang berkualitas juga berkontribusi penting terhadap proses pemulihan luka.(fny/jpnn)