Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Luka Lama

Oleh Dahlan Iskan

Rabu, 03 Juni 2020 – 10:01 WIB
Luka Lama - JPNN.COM
Dahlan Iskan. Foto: Ricardo/JPNN.com

Patung itulah yang kini jadi sasaran. Ada yang dirobohkan ramai-ramai. Atau dicoreti kata-kata kotor.

Itulah patung yang dibangun untuk mengobati kekecewaan lama: gagalnya usaha 13 negara bagian di Selatan untuk merdeka dari Amerika Serikat.

Wilayah-wilayah Selatan itu mengizinkan perbudakan. Orang kulit putih jadi juragan, orang kulit hitam jadi budak. Perbudakan itu dihapus oleh Presiden Abraham Lincoln --dari wilayah utara.

Orang Selatan itu bersatu mendirikan negara Konfederasi Amerika. Negara baru itu punya bendera sendiri --yang masih sering dikibarkan di acara-acara kampanye besar Donald Trump.

Abraham Lincoln mengerahkan pasukan untuk memerangi separatis itu. Terjadilah perang sipil. Selama empat tahun: 1861-1865.

Selatan kalah. Amerika Serikat kembali utuh --di permukaan.

Naiknya Barack Obama --kulit hitam-- sebagai Presiden Amerika sangat mengecewakan pemuja kulit putih. Ucapan-ucapan Donald Trump selama ini sering dinilai membela supremasi kulit putih.

Itu mengingatkan luka lama.  Padahal --seperti dalam buku Patahan Garis Politik-nya Randu Alamsyah-- ”luka lama itu perlu diingat hanya untuk merasakan pedihnya”.(***)

Video Terpopuler Hari ini:

Semua bisa merasakan: betapa irinya Trump. Iri kepada Putin. Iri kepada Xi Jinping. Iri pada kekuasaan mereka berdua.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News