Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Lulusan SD jadi Juragan Antena, Kini Punya 13 Rumah

Sabtu, 24 Januari 2015 – 19:14 WIB
Lulusan SD jadi Juragan Antena, Kini Punya 13 Rumah - JPNN.COM
JURAGAN ANTENA: Lasiman di antara karyawan perusahaan Ante Radar miliknya. Foto: Dipta Wahyu/Jawa Pos

Usaha agak serius pertamanya adalah berjualan kacamata 3D. Kebetulan saat itu dua stasiun TV swasta nasional, RCTI dan SCTV, menayangkan siaran yang khusus ditonton dengan kacamata 3D. Kacamata 3D tersebut dibelinya dari Bandung dan dijual dengan harga Rp 3 ribu per buah.

Untuk penjualan pertama, dia langsung mengambil 1.000 buah. Usahanya laris. Tak dinyana, kacamata itu langsung ludes. Keesokannya dia mengambil lagi 2.000 biji yang habis dalam waktu seminggu. Lasiman untung besar dari bisnis tersebut. ’’Sekitar Rp 15 juta,’’ ucapnya.

Sadar bahwa usaha kacamata 3D tidak akan langgeng, dia beralih ke home industry elemen teko (ceret listrik) aluminium. Selama setahun dia menggeluti usaha tersebut. Namun, untungnya tidak seperti yang diharapkan. ’’Tidak sampai rugi, tapi hanya cukup untuk hidup sehari-hari,’’ terangnya.

Makin hari keuntungannya menipis. Hingga pada 1997, dia belajar membuat antena TV. Yang pertama dipahami adalah besar kekuatan pemancar (Db) antena. Merasa sudah paham dasar-dasarnya, Lasiman membuka usaha produksi antena. ”Setelah itu, saya mulai bikin antena sendiri. Saya sendiri yang menjual ke beberapa pasar besar di Surabaya,” ungkapnya.

Bisnis antena itu ternyata menjadi cikal bakal produk Ante Radar, nama perusahaan miliknya. Pada malam, saat orang-orang bersantai dan beristirahat, tangan Lasiman tetap sibuk merangkai komponen.

Paginya dia tidak beristirahat, tetapi langsung berjualan di stan yang dibelinya di Pasar Turi. ’’Maklum, modal terbatas. Jadi, saya harus ngalahi lebih sibuk dibanding pengusaha lainnya,’’ ucap ayah enam anak itu, lalu tertawa.

Lambat laun, stan usahanya di Pasar Turi berkembang. Stan di JMP dan Pasar Besar miliknya kebanjiran order. Lasiman pun tidak lagi sanggup mengerjakan sendiri. Lalu, dia mulai merekrut pegawai. ”Dari situ saya ajak tetangga buat ikut bikin. Ada juga karyawan dari luar kota,” sambung pria yang beralamat di kawasan Sukomanunggal itu.

Untuk pembuatan rangkaian, dia memberdayakan ibu-ibu yang nganggur menanti suaminya di rumah. Para ibu biasanya membikin rangkaian ferit yang bakal dijadikan induktor. Batang lunak berbahan karbon itu dililitkan pada kotak plastik. ”Biasanya, kerja borongan. Satu pekerja bisa bikin sekitar 2.000 dalam dua hari,” imbuh kakek dua cucu itu.

JADI ingat kalimat dari mulut pengusaha terkenal Bob Sudino yang sudah almarhum itu. "Orang goblok sulit dapat kerja, akhirnya buka usaha sendiri.

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

BERITA LAINNYA
X Close