Lumpuh sejak Umur 4 Tahun, Risnawati Sukses Berjuang Wujudkan Mimpinya (1)
Termotivasi setelah Diejek, Sudah Bagikan 1.500 kursi Roda GratisSelasa, 10 Mei 2011 – 08:08 WIB
Memang, menurut Risna, hal tersulit dari menjadi penyandang difabel adalah penolakan lingkungan. Di berbagai tempat, orang memandang dengan cemoohan atau rasa kasihan. Tidak sedikit pula yang menggunjingkan kondisi tersebut karena menganggapnya sebagai aib dan hukuman dari Tuhan. "Diskriminasi dan tekanan sosial itu menyedihkan," terang perempuan kelahiran 21 Maret 1973 itu.
Namun, berkat fisioterapis itulah, mata orang tua Risna terbuka. Mereka sadar bahwa memiliki anak cacat bukanlah aib. "Orang tua saya disarankan menyekolahkan saya di sekolah umum, bukan SLB (sekolah luar biasa, Red)," ujarnya.
Maka, Risna pun menuntut ilmu di sekolah umum. Bersanding dengan anak-anak normal yang bisa berjalan, berlari, dan melompat. "Saya selalu merasa normal. Meskipun, banyak anak yang mengejek saya sebagai orang aneh," tutur Risna, yang mengaku pernah memukul teman SD-nya karena marah setelah diejek.