Luncurkan Serial Nyantrik, Kemendikbudristek Ajak Anak Muda Belajar dari Panggung Wayang
Melalui perjalanan waktu, kemudian wayang orang dihidupkan kembali di era Mangkunegaran I (1760) dan Hamengkubuwono I (1750-an) dalam konteks pertunjukan ritual kenegaraan di dalam keraton ataupun untuk merayakan upacara-upacara penting.
Namun, perubahan paling penting terjadi pada akhir abad ke-19. Seni pertunjukan ini keluar tembok keraton dan mulai dikemas menjadi pertunjukan komersial.
Zaman berubah, begitu pun produk-produk kebudayaan yang ditantang untuk bisa mengikuti harapan akan bentuk-bentuk baru pengalaman estetis. Seni tradisi terancam ketika dalam proporsi tertentu keberadaannya tidak mengalami pengembangan.
"Miniseri Nyantrik dibuat sebagai jawaban atas kegelisahan melihat kenyataan begitu lebarnya jarak antara seni klasik tradisi dan generasi muda," terang Dirjen Hilmar.
Awal penciptaan Nyantrik ditujukan untuk menyampaikan muatan tradisi dalam bahasa hari ini.
Fragmen-fragmen dalam epos Mahabrata dan Ramayana yang sarat akan nasihat bijak dibungkus dengan kemasan yang menarik dan menghibur dengan perpaduan teknologi visual, namun masih dalam sentuhan seni klasik. (esy/jpnn)