Ma Changqing dengan Ratusan Ribu Pelayat
Oleh Dahlan IskanToh itu hanya salat sunah. Bukan wajib. Sudah begitu sering saya salat Idulfitri di Tiongkok.
Hari itulah saya tahu: kuburan itu ramainya bukan main. Pantas sopir taksi sampai terkesan.
Peziarah itu umumnya datang satu keluarga. Membawa alas duduk. Dan makanan/minuman.
Mereka pesta Lebaran di makam itu. Yang tidak bawa makanan pun bisa beli. Banyak pedagang makanan dadakan di kuburan itu. Juga pedagang barang lainnya.
Saya terkesan belakangan ini: banyak anak muda ke masjid. Tidak seperti 20 tahun lalu. Tapi saya belum melihat anak-anak di sana.
Menjadi Islam –maupun Kristen– tidak mudah di negara komunis seperti Tiongkok. Tapi selalu ada jalan. Selalu lahir “Walisongo”. Di mana saja.(***)