Mahasiswa Demen Khilafah, Begini Respons Kemenristekdikti
"Ini catatan kita. Dan memang, pendidikan agama di sekolah dan kampus juga lebih banyak ke pelajaran fikih saja. Dari SD, SMA sampai kuliah ya belajarnya sholat, puasa, zakat dan lainnya. Kalau soal kehidipan bagaimana pemahaman sosial agama belum ada. Makanya secara kurikuler kita harus bangun ke sana," jelas Didin.
Lebih jauh Didin mengatakan, selama ini ada kemungkinan kuat bahwa ada perguruan tinggi yang lalai soal bobot pembelajaran kebangsaan. Sebab, banyak perguruan tinggi yang fokusnya hanya pada pemeringkatan, sedangkan di dalam kampusnya tak ada kegiatan kemahasiswaan termasuk yang sifatnya sosial dan keagamaan.
Didin menambahkan, pendidikan secara utuh menyangkut empat hal, yakni keilmuan, pendidikan karakter, keIndonesiaan, dan kesadaran global. Dari survei Alvara itu terlihat perlunya memperkuat pendidikan karakter dan keindonesiaan.
Sementara Ketua Alumni Universitas Diponegoro (Undip) Achmad Muqowam mengatakan, pandangan mahasiswa tentang khilafah memang sangat mengkhawatirkan karena mencapai 17,9 persen. Angka itu meningkat luar biasa dibanding 5 atau 10 tahun ke belakang.
"Dulu pada tahun 2009-2010 ketika bicara negara Islam angkanya masih di bawah. Sekarang sudah melompat luar biasa 17,9 persen. Ini perlu dijadikan kewaspadaan kita semua," ujar Muqowam.
Anggota DPD RI itu menambahkan, paham negara Islam atau khilafah di kalangan pelajar mahasiswa sudah sangat luar biasa bahaya. "Karena dari kalangan mereka itulah nanti yang mengisi semua sektor kelembagaan di bangsa ini," ungkapnya.(rmol/jpg)