Makkah dan Masjid Al Haram yang Sedang Ganti Total Wajah (1)
Tak Ada Lagi Tempat bagi Penjual Teh Susu di 3MMinggu, 07 Desember 2008 – 02:45 WIB
Pokoknya, apa pun yang berada di atas tanah seluas 23 hektare itu harus dikosongkan. Yakni mulai Makkah Hotel, kanan kirinya sampai ke belakang. Kawasan ini mencakup wilayah yang disebut Jabal (Gunung) Omar, yang bentuknya berupa gunung batu yang sangat keras. Selama ini di lereng-lereng dan di atas gunung itu penuh dengan bangunan rumah yang kalau musim haji sangat laris untuk disewakan. Jamaah haji pun harus turun naik gunung ketika pergi atau pulang dari masjid. Tentu juga harus melewati lorong-lorong kecil yang menanjak dan menikung.
Semua bangunan itu sudah dua tahun ini hilang. Sudah digusur empat tahun lalu. Di situlah akan dibangun perumahaan modern, berupa apartemen pencakar langit sebanyak 40 tower (menara). Menara-menara itu dijajar kiri kanan dalam posisi seperti setengah melingkar. Di antara dua jajaran tower itulah disediakan ruang kosong yang bisa dipakai sembahyang untuk 200.000 orang. Pengeras suara tersambung dengan pengeras suara Masjid Al Haram.
Di areal ini juga dibangun pertokoan, termasuk showroom. Sekitar 4.500 toko tersedia di situ. Juga 3.000 showroom. Kendaraan yang bisa ditampung mencapai 12.000, satu penambahan yang luar biasa dibanding tempat parkir sekarang yang hanya muat 570 mobil. Di ujung superblok ini dibangun satu ”pintu gerbang” yang wujudnya gedung pencakar langit kembar, seperti di Kuala Lumpur itu. Masing-masing 50 tingkat.
Kalau kawasan 23 hektare ini sudah jadi, maka berada di plaza ini akan merasakan sensasi luar biasa: menghadap dan memandang ke keagungan Masjid Al Haram yang letaknya agak di bawah sana. Kalau malam, tentu lebih menakjubkan karena pencahayaan lampunya yang seperti tanpa batas. Proyek Jabal Omar, kalau sudah jadi, bisa saja terasa lebih menonjol daripada Masjid Al Haram. Namun, karena desainnya yang menjadi satu kesatuan, tidak akan ada kesan pembandingan seperti itu. Jabal Omar juga bisa disebut bagian dari Masjid Al Haram.
Seluruh biaya untuk membangun kawasan 23 hektare ini saja sekitar Rp 250 triliun. Yang membangun adalah perusahaan swasta bernama Jabal Omar Development Company (JODC). Untuk merealisasikan proyek ini, perusahaan itu langsung go public di bursa saham Arab Saudi. Waktu masuk pasar modal, yang menjadi underwriter adalah sebuah anak perusahaan bank swasta setempat: Al Bilad. Auditornya adalah perusahaan keuangan Amerika Serikat, Ernst & Young. Sebanyak 30 persen saham perusahaan ini dilepas di pasar modal. Sisanya milik beberapa pengusaha terkemuka, seperti Abdul Rahman Faqeeh dan Bin Laden. Faqeeh juga dikenal sebagai pengusaha pertama dan terbesar yang bergerak di bidang rumah potong hewan dan ayam. Belum lama ini Faqeeh membangun rumah potong ayam besar-besaran. Empat buah sekaligus di empat kota. Ini karena ada aturan baru di Arab Saudi (bahasa Mandarinnya: shada alabo) tidak boleh lagi mengangkut ayam hidup dari satu kota ke kota lain.
Meski harus berhenti selama musim haji hari-hari ini, proyek Jabal Omar benar-benar dikebut. Kontraktor readymix-nya, misalnya, sampai harus membangun dua pabrik pencampur semen sekaligus, khusus untuk melayani satu proyek ini saja. Maklum, proyek ini sehari saja memakan semen yang sudah diaduk kerikil 11.000 ton. Sang kontraktor juga harus mampu mengirim semen adukan itu secara konstan 24 bulan penuh.