Makna Dipilihnya Monas Sebagai Tempat Pertemuan Puan dan Airlangga
“Semangat gotong royong dalam pembangunan monumen nasional ini tercermin pada masa pemerintahan Bung Karno, sumbangan datang dari berbagai penjuru tanah air dalam bentuk rupa-rupa, di antaranya emas, uang tunai, sumbangan pembelian karcis bioskop, sumbangan ekspor kopra dan masih banyak lagi,” tutur Puan.
“Tidak saya bangunkan dengan satu sen pun daripada budget negara,” lanjutnya mengutip apa yang disampaikan Bung Karno.
Peniliti dan sejarawan, Dr. Ir. Yuke Ardhiati, MT menyebut Tugu Monas sebagai arsitektur drama.
Hal ini lantaran tiap-tiap bagian bangunan merupakan rangkaian atau babak sebuah cerita tentang perjuangan bangsa Indonesia yang mampu membuai para pemirsa atau para pengunjung Tugu Monas, mendapatkan pengalaman spiritual tertentu yang menakjubkan.
Puan lalu menyinggung soal pembangunan Monas yang dirampungkan dalam dua masa pemerintahan yaitu di masa Presiden Soekarno, kemudian dilanjutkan di era Presiden Soeharto.
Pembangunan Tugu Monas total dilakukan selama 14 tahun dan sejak diresmikan hampir 50 tahun lalu, Monas tetap menjadi ikon kebanggaan nasional.
“Jadi, sama halnya seperti pembangunan Monas, pembangunan Indonesia ke depan pun juga harus seperti itu. Apa yang telah dibangun pemimpin sebelumnya dilanjutkan oleh pemimpin berikutnya,” ujar Puan.
“Saya dan Mas Airlangga hadir di tempat yang bersejarah ini untuk mewarisi semangat kegotongroyongan para pemimpin yang lalu, dalam membangun monumen nasional ini,” sambung mantan Menko PMK tersebut.