Maktab Magribi di Puncak
Minggu, 08 Juli 2012 – 10:39 WIB
Selain turis Timur Tengah, biasanya magribi juga melayani pria hidung belang lokal. Tarif yang diketok pun sama. Biasanya, tutur Rama, pejabat dari Timur Indonesia yang sering memesan magribi. “Biasanya pejabat Papua yang sedang diklat,” tukasnya.
Karena sedang banjir orderan, belum lama ini magribi telah memiliki pesaing sengit. Mereka biasa disebut kaum Hadromi. Perempuan blasteran Arab dan Indonesia. Hadromi kerap menegaskan diri bahwa mereka merupakan magribi. Itu agar, tarif pakai mereka sama. Namun tak ada hadromi yang bersangkar di Puncak. Mereka banyak berasal dari Kota Bogor. (selengkapnya baca Hama itu Bernama Hadromi). Tisam mengaku kesal dengan keberadaan hadromi. Menurutnya, ada persaingan tidak sehat yang sedang dilakukan hadromi. “Cukup mengesalkan bila tempat usaha anda diganggu bukan?” tegasnya.
Seperti apa jejak perempuan magribi di Puncak?
Perempuan magribi tentu tak datang dengan sendirinya ke Puncak. Sebelumnya, mereka beroperasi di negara tetangga Arab Saudi, seperti Bahrain, Qatar, Suriah, Lebanon. Via akses Rama, Radar Bogor akhirnya dapat berkenalan dengan salah satu magribi bernama Tisam. Dia pun berkenan mengisahkan perjalanannya menuju Puncak. Tisam mengaku merancang bermigrasi ke Indonesia sejak lima tahun lalu. Kala itu, gadis asal Maroko ini mulai merasakan kehilangan banyak pelanggan. Selidik punya selidik, ternyata tak hanya Tisam yang mengalami penurunan pendapatan. Rekannya sesama magribi di Bahrain dan Qatar pun demikian.