Malang Halal
Oleh: Dhimam Abror Djuraidjpnn.com - Jogja terkenal dengan bahasa plesetan. Kota Malang terkenal dengan bahasa walikan. Semua kata akan dieja secara terbalik.
Malang menjadi Ngalam. Dan Singo Edan, julukan klum sepak bola Arema, menjadi Ongis Ngade. Becak menjadi Kaceb.
Namun, kali ini Kaceb bukan bahasa walikan untuk menyebut becak.
Kaceb adalah akronim dari ‘’kadrun dan cebong’’, dua sebutan dikotomis yang beberapa tahun terakhir ini memecah bangsa Indonesia menjadi dua.
Beberapa hari ini perang kaceb ramai di Malang. Di media sosial Kota Malang menjadi trending topics gegara munculnya spanduk bertuliskan ‘Malang Tolerant City Not Halal City’ terpasang di sejumlah titik.
Di antaranya di Balai Kota Malang, Gedung DPRD Kota Malang, dan Bundaran Alun-alun Tugu.
Protes itu muncul karena Wali Kota Malang Sutiaji dianggap akan menjadikan Kota Malang sebagai ‘’The Halal City’’. Banyak yang meradang.
PDIP menjadi partai yang mengritik ‘’The Halal City’’ dan menegaskan bahwa Kota Malang belum punya regulasi peraturan daerah untuk menjadikannya sebagai ‘’The Halal City’’.