Malaysia & Siklus 10 Tahun
Oleh: Dhimam Abror DjuraidTimnas Indonesia ketika itu menjadi tim terbaik di antara semua tim yang ada, dan sangat pantas menjadi juara, tetapi takdir berbicara lain.
Misteri itu terpendam selama 10 tahun dan tidak terungkap sampai sekarang. Ada ‘’invisible hand’’, tangan misterius, yang membuat Indonesia gagal menjadi juara. Ada ‘’devil’s hand’’ tangan setan yang membuat Indonesia gagal menjadi juara.
Dari segi apa pun ketika itu Indonesia adalah juara. Kualitas perorangan timnas Indonesia unggul dari tim mana pun. Striker naturalisasi Indonesia, Cristian Gonzalez, menjadi predator yang paling ditakuti lawan.
Faktor tuan rumah, bersama Vietnam, menjadi keunggulan non-teknis yang menguntungkan.
Dukungan antusias dari seluruh warga negara Indonesia menjadi dorongan moral yang dahsyat. Puluhan ribu suporter, yang menyesaki setiap jengkal tempat duduk di Gelora Bung Karno setiap kali timnas bermain, menjadi faktor pemain ke-12 yang membuat timnas Indonesia sangat ditakuti.
Di babak penyisihan Indonesia melibas Malaysia dengan skor meyakinkan 5-1. Indonesia mengungguli Thailand yang selalu menjadi favorit. Indonesia mengalahkan Filipina di semifinal dan melaju ke final menghadapi Malaysia yang menundukkan Vietnam.
Pertandingan final dilakukan dengan sistem ‘’home and away’’. Dengan semangat membara dan optimisme membuncah, disertai dukungan puluhan ribu suporter yang memenuhi Stadion Bukit Jalil di Kuala Lumpur, timnas Indonesia menjalani laga final leg pertama.
Hasilnya memble. Indonesia dihajar tiga gol tanpa balas. Semua lemas. Tidak percaya melihat permainan Indonesia, yang tiba-tiba berubah seperti anak-anak yang lagi belajar main bola di klub SSB (sekolah sepak bola).