Mantan Ketum PBNU Minta Mahfud Mundur dari Kubu Prabowo
Dalam perjalanan koalisi selama tiga hari terakhir, Mahfud kemudian diminta menjadi tim sukses pemenangan Prabowo dan Hatta.
Pendapat Hasyim Muzadi juga diapresiasi oleh pengamat politik Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi. Menurutnya, Hasyim meminta kepada semua calon pemilih untuk menyadari realita masyarakat muslim yang kebanyakan warga Nahdlatul Ulama. NU juga telah membuktikan sikap kebangsaan nasionalis sepanjang sejarah Indonesia.
"Oleh karena itu, sangat wajar Hasyim sangat menyanyangkan sikap Mahfud MD yang "mau-maunya" menjadi ketua tim pemenangan capres-cawapres Prabowo-Hatta Rajasa," katanya.
Menurutnya, dengan kesediannya menjadi ketua tim pemenangan Prabowo-Hatta, justru mendowngrade ketokohan Mahfud.
"Kalau Mahfud MD konsiten dengan sikapnya, tentu akan memilih netral. Gagal menjadi pendamping Jokowi bukan berarti berdiri berseberangan dengan Jokowi. Mahfud harusnya tetap menjadi wasit yang mengkrtisi Prabowo atau Jokowi. Apa yang ditempuh Mahfud MD sekarang ini tidak ubahnya sebagai orang yang selalu berambisi mengejar kedudukan dan jabatan," tutur Ari.
Menurut pengajar program pascasarjana UI dan Universitas Diponegoro (Undip) ini, persepsi publik atau warga Nadhliyin terutama tidak otomatis terpengaruh dengan sikap pilihan Mahfud. Justru publik bisa punya persepsi negatif terhadap Mahfud atau Rhoma Irama sekalipun.
"Justru keberpihakan tokoh muda seperti Anies Baswedan atau Dahlan Iskan itu yang berpengaruh besar karena mereka adalah influencer yang dipandang bersih oleh persepsi publik," jelas Ari menambahkan.(dil/indopos/jpnn)