MAPORINA Ingatkan Perlunya Inovasi Pertanian Hadapi Pandemi Covid-19
jpnn.com, JAKARTA - Bencana dalam berbagai bentuk telah menjadi bagian kesejarahan umat Manusia. Pandemi Covid-19 telah memporak porandakan tatanan kehidupan di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Hal ini menyebabkan hancurnya perekonomian dunia yang berimplikasi pada kehilangan banyak pekerjaan pada banyak orang.
Pandemi ini telah menimbulkan efek bola salju pada masyarakat yang menyebabkan goyahnya kemandirian pangan.
Sementara itu, penurunan kualitas lahan sawah terutana karena kerusakan fisik dan kimiawi lahan serta penurunan keragaman hayati memunculkan kekhawatiran akan terjadinya ketidak berlanjutan produksi pertanian akibat penerapan revolusi hijau yang menggunakan bahan-bahan kimiawi untuk pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit tanaman secara masif.
Wakil Ketua Umum Masyarakat Pertanian Organik Indonesia (Maporina) Dr. Alizum Mashar mengatakan hal itu dalam pernyataan tertulis kepada media, Sabtu (5/3/2022).
Menurut Alizum, inovasi teknologi budi daya pertanian khususnya padi sawah sebagai upaya peningkatan produktivitas lahan melalui sistem pertanian berkelanjutan telah banyak ditemukan dan diterapkan diperbagai daerah baik oleh lembaga pemerintah maupun non pemerintah.
Bertani dengan sistem organik dan atau pertanian ramah lingkungan merupakan salah satu cara bertani disamping bertujuan untuk dapat menghasilkan produk yang tinggi dan berkualitas juga untuk konservasi dan memberdayakan sumber daya alam tanah yang subur, air yang tidak bercampur dengan polutan kimiawi dan keaneka ragaman hayati yang tinggi, suatu sistem produksi pertanian yang berazaskan daur ulang secara hayati.
Alizum mengatakan, menurut penelitian, lebih dari 70 persen lahan sawah di Indonesia berada berada dalam kondisi yang tidak sehat.