Mario Blanco, Generasi Penerus Antonio Blanco yang Cinta Mati Bali
"Papa Dikenal hingga Michael Jackson, Anak Baru sampai Cikeas"Selasa, 01 Desember 2009 – 00:34 WIB
Kini kecintaan Antonio terhadap Bali menular ke Mario. "Bali is my life, my house, my home," kata Mario mantap. Kebetulan juga, dari empat anak Antonio, hanya Mario yang mewarisi bakat melukis. Itu pun disadari terlambat, setelah dia menjalani hobi dan profesi di bidang otomotif dengan mengikuti berbagai kejuaraan off road, slalom, atau rally. "Enam bulan setelah ayah saya meninggal, itu berat sekali. Saya melukis juga belum hebat banget," pikir pria alumnus bidang Seni Rupa Universitas Udayana itu.
Sebelum Antonio meninggal, Mario sempat bertanya apakah boleh menjual lukisannya agar uangnya bisa digunakan untuk merawat museum. Ternyata tidak boleh. "Saya nggak diajari melukis, saya nggak boleh kerja, nggak boleh kuliah ke luar negeri. Lalu dari mana dapat uang untuk merawat museum dan lukisan?" tanya Mario saat itu kepada papanya. "Saat itu Papa hanya pandang mata saya, terus dia bilang, 'Suatu saat nanti kamu akan bisa'," kenang Mario.
Kalimat sang papa itulah yang menjadi motivasi Mario untuk belajar sendiri melukis. Lama-lama karya lukis Mario semakin mendapat apresiasi. Mario juga mulai diundang ke berbagai negara. Sebulan lalu, dia baru saja presentasi ke beberapa kampus di Ohio dan Chicago, sekalian memamerkan lukisannya. Pria yang saat kuliah semester tiga menjadi utusan Indonesia pada Youth Asian Painter di Singapura itu juga mulai menghidupkan peninggalan berharga Antonio, yaitu Museum Blanco.