Markoem, Si Perajin Biola Handmade
Biola Bagus Bergantung pada Kayu dan PembuatnyaMeski tidak sedang mengerjakan pesanan, Markoem enggan berpangku tangan. Dia menerima servis biola dan selo. Saat ini Markoem menyelesaikan biola untuk dirinya sendiri. Di bengkel mininya, tampak papan suara biola yang belum dihaluskan dan dikeruk. Jika permukaan biola milik pelanggannya halus, calon biola kepunyaannya terlihat penuh alur bekas ranting.
’’Masio kayunya biasa, potongannya pas. Coraknya juga simetri,’’ ucapnya sambil menunjukkan punggung dan papan suara biolanya. Dia yakin suara biola bikinannya tetap medhuk, tidak kalah dengan yang berbahan kualitas satu.
Lama malang melintang di dunia musik, tentu saja ada harapan-harapan yang disimpan Markoem. Salah satunya kebangkitan musik Indonesia yang berkelas. Dia ingin musik keroncong, seriosa, dan orkestra Nusantara mendapat tempat di telinga dan hati warga negaranya. Bukan melulu lagu top 40 internasional.
Hal itu pula yang membuat Markoem jarang menyalakan radio. ’’Tiap nyetel, lagu Barat terus. Tak pateni,’’ katanya. Dia lebih memilih mendengarkan musik dangdut ketimbang lagu bandbarat. Asal, musik dan liriknya nyaman di telinga.
Markoem juga ingin Surabaya punya gedung dan tim orkestra yang rutin manggung. Sebagai perajin alat musik, Markoem ingin biolanya dimainkan di panggung musik. Bersama dengan pengiring orkestra lain, perkusi, piano, serta alat musik tiup dan gesek. ’’Saya pengin Surabaya punya pertunjukan yang rutin, seperti di luar negeri. Biar musik kita bagus-bagus, nggak kalah sama luar,’’ harapnya. (*/c7/ayi