Masjid Ini Bukan Milik Orang Islam, Gereja Ini Bukan Milik Orang Katolik, tetapi…
Pesan Kerukunan
Dua rumah ibadah yang berdiri berdampingan, dengan kantor desa di tengah dan rumah adat di bagian depan, tentunya tak sebatas menjadi simbol kerukunan.
Kerukunan antarumat beragama juga bukan diturunkan dari langit. Hal itu telah dimulai dari hal-hal sederhana di sekitar masyarakat, seperti rukun dengan keluarga, rukun dengan tetangga, rukun antarwarga desa, hingga rukun antarwilayah.
Dengan sikap rukun yang dipupuk hari demi hari, warga meyakini masyarakat tidak akan mudah terpecah belah karena agama.
Mereka ingin tradisi Wai Umum dan kehidupan sosial yang berjalan normal tanpa ada tendensi agama menjadi hal positif yang bisa diikuti oleh masyarakat Indonesia di daerah lain.
Bahkan, dalam pesta demokrasi sekali pun, agama tidak boleh menjadi rujukan dalam memilih pemimpin.
Warga meyakini bahwa demokrasi di Indonesia dapat berjalan baik jika perbedaan agama tidak dilihat sebagai masalah.
Seruan "lakum diinukum wa liyadiin" dalam Surat Al Kafirun yang berarti "Untukmu agamamu dan untukku agamaku" tentunya tidak sebatas seruan simbolis.