Masjid Ini Pernah Diserbu Gerombolan PKI dari Madiun
Kala itu, syiar Islam terbilang lambat diterima masyarakat setempat. Hanya segelintir yang akrab dengan air wudu. Termasuk keluarga Mbah Chusen sendiri. Maklum, saat itu paham komunis lebih dekat dengan warga ketimbang ajaran agama. ‘’Katanya, dulu pernah diserbu rombongan PKI dari Madiun. Mbah Chusen bersembunyi ke kali,’’ ujarnya.
Berbeda dengan Mbah Chusen yang memilih menyelamatkan diri, Mbah Salim –salah seorang putra Mbah Chusen- yang dikenal pemberani malah sengaja nyanggong PKI di dalam musala. Konon, Mbah Salim sempat dihantam batu besar lantaran tidak mau memberikan upeti kepada PKI. ‘’Kalau tidak salah kejadiannya pada 1948,’’ kata Ali.
Beruntung, musala tidak dirobohkan PKI kala itu. Musala tetap bertahan hingga PKI ditumpas pemerintah. Sedikit demi sedikit jemaah mulai bertambah. Sementara, Ali yang asli Desa Ngrayudan, tetapi beda dusun, lantas mempersunting cucu Mbah Chusen.
‘’Dulu kalau Idul Fitri, saya dengan teman-teman sering silaturahmi ke rumah Mbah Chusen. Dapat cucunya akhirnya,’’ ujarnya mengingat momen 39 tahun silam itu.
Kendati tidak begitu banyak, renovasi pun mulai menyentuh masjid pada 1980. Seingat Ali, ada tambahan serambi di bagian depan masjid yang juga masih panggung. ‘’Dibangun semampunya dulu. Pakai padas, gamping, batu, dan tumbukan batu bata,’’ ungkapnya sembari menyebut galar (beberan potongan bambu) masih setia melapisi lantai tanah masjid kala itu.
Tidak berhenti di situ upaya jamaah untuk memperlayak bangunan masjid yang tembok ruang utamanya kini bercat hijau pupus itu. Mereka sepakat menanam pisang di pekarangan dan kebun masing-masing. Hasilnya dikumpulkan untuk merenovasi masjid.
Kiat jemaah itu memantik simpati sejumlah warga yang berkantong tebal. Bantuan pun akhirnya mengalir. Bahkan, salah seorang tokoh masyarakat nonmuslim tidak ketinggalan andil membantu. ‘’Sedekah pisang itu masih berlanjut sampai sekarang,’’ ungkapnya. ***(c1/isd)