Masjid Ini Pernah Diserbu Gerombolan PKI dari Madiun
jpnn.com - Dibangun pada 1963, Masjid Al Husen di Ngrayudan, Jogorogo, Ngawi, Jatim, pernah diserbu gerombolan PKI. Dulu pernah tersentuh renovasi yang dananya digalang jamaah dengan cara tidak biasa.
DENI KURNIAWAN, Ngawi
BUKAN menara. Pelantang Masjid Al Husen di Dusun Sendang, Ngrayudan, Jogorogo, dipasang di sebuah pohon. Bak membagi lingkaran menjadi tiga, corong pengeras suara itu sengaja dihadapkan ke tiga penjuru arah. Sesaat setelah Ali Mustofa membuka pintu utama masjid, dari pelantang itu terdengar nyaring suara azan.
Serampungnya panggilan salat Asar itu, sejumlah jamaah satu per satu datang. Sebagian langsung masuk masjid. Beberapa orang lainnya menyucikan diri di tempat wudu di timur laut masjid. Jejak-jejak basah tampak memenuhi pelataran masjid. ‘’Dulu, jemaah tidak sebanyak ini,’’ kata Ali.
Ali merupakan putu mantu pendiri masjid Kiai Ahmad Chusen. Berdasar cerita yang didengarnya secara turun-temurun, masjid berdiri pada 1926. ‘’Masjid ini yang pertama di daerah sini. Dulu panggung, ukurannya kira-kira empat kali tiga meter,’’ ucap pria 68 tahun yang tinggal di belakang tempat ibadah itu.
Mbah Chusen dulunya bukan penduduk asli desa setempat. Melainkan santri yang ngenger demang (lurah). ‘’Mendirikan musala karena belum ada tempat ibadah. Meski kecil, tapi sudah dipakai untuk jumatan,’’ imbuh Ali.
Berpasang-pasang lutut jemaah kala itu bertumpu di lantai tatanan papan kayu saat salat berja\emaah. Kala siang, tak perlu khawatir kepanasan lantaran semilir angin kerap berembus dari sela dinding bambu masjid.
Beda dengan malam yang kelewat dingin karena lokasi masjid berada di kaki Gunung Lawu. ‘’Masjid kemudian diurus anak Mbah Chusen setelah beliau bergantian jadi imam di sini dan di masjid daerah Kendal, Ngawi,’’ ungkapnya.