Masuk di UMKM EXPO(RT) BRILIANPRENEUR 2023, Pancal Bike Berharap Bisa Perluas Pasar
Berawal dari Ketidaksengajaan
Nugroho bercerita awal membuka usaha Pancal Bike dari ketidaksengajaan. Mulanya membuatkan untuk anaknya yang belajar sepeda roda dua pada 2020. Sang anak memakai sepeda tersebut di kampung sekitar tempat tinggal Nugroho. Tak disangka, cikal bakal Pancal Bike tersebut mendapat respon positif dari tetangga.
“Para tetangga bilang kok bagus sepedanya. Dari situ saya terinspirasi untuk membuat satu lagi dan saya coba dijual online. Dan nyata responnya juga sangat bagus. Bahkan ada yang langsung order waktu itu,” ujarnya mengingat.
Momen tersebut dimaksimalkan Nugroho untuk mengembangkan produknya lebih baik lagi. Terlebih saat itu terjadi pandemi. Di mana hampir semua sektor usaha terdampak. Tak terkecuali tempatnya mencari nafkah bekerja di salah satu toko perak di Kota Gede, Yogyakarta.
Setelah melihat prospek Pancal Bike makin baik, Nugroho pun memberanikan diri resign dari tempatnya bekerja. Dengan dibantu sang istri di bidang pemasaran, Pancal Bike pun mulai menerima pesanan lebih banyak.
Untuk modal, Nugroho memanfaatkan uang muka konsumen karena sistem pembelian biasanya dilakukan secara pre order.
“Per bulan waktu itu bisa belasan sampai puluhan unit balance bike. Bahkan dalam kurun dua tahun usaha kurang lebih sekitar 500-an unit terjual. Itu awalnya bikin sendiri di rumah berbahan baku utama kayu jati Belanda,” kenangnya.
Saat itu, per unit dibanderol seharga Rp 250.000-Rp 300.000. Saat ini dengan perbaikan kualitas dan sudah terkategori produk Standar Nasional Indonesia (SNI), Pancal Bike dibanderol dengan harga Rp 450.000-Rp 800.000 per unit. Yang membedakan adalah sedikit ornamen pada sepeda, serta ban yaitu ban karet atau ban angin.