Masyarakat Harus Mendukung Industri Alat Kesehatan Indonesia jadi Lebih Maju
Nomor 6 Tahun 2016 tentang Percepatan Pengembangan Industri Farmasi dan Alat Kesehatan untuk pencapaian kemandirian sediaan farmasi dan alat kesehatan.
Data dari Kementerian Kesehatan menyebutkan bahwa dalam 6 tahun terakhir terdapat 518 industri alat kesehatan yang baru, atau setara 268,39 %, sebagian besar di antaranya didirikan saat pandemi terjadi.
Pertumbuhan yang signifikan tersebut tercermin dalam investasi di bidang alat kesehatan yang mencapai Rp 441 miliar, terdiri dari Rp 209 miliar investasi lokal dan Rp 232 miliar investasi asing.
Kapasitas produksi industri alat kesehatan Indonesia saat ini cukup mumpuni secara kuantitas dan kualitas. Dari 19 alkes yang paling banyak digunakan di Indonesia baru 16 yang sudah mampu diproduksi dalam negeri, sementara tiga lainnya masih impor.
Untuk meningkatkan penggunaan produk alat kesehatan dalam negeri, baru-baru ini pemerintah membatasi penayangan 79 produk impor dari total 358 jenis alkes produksi dalam negeri yang sudah dapat menggantikan produk-produk impor di e-katalog LKPP.
Namun demikian, tantangan dan hambatan dalam industri alat kesehatan saat ini masih cukup tinggi. Masih rendahnya kesadaran pengguna anggaran untuk memprioritaskan pembelian produk lokal dengan kualitas baik, kebijakan strategis substitusi impor yang belum maksimal dilakukan, serta bahan baku alat kesehatan yang beragam dan masih banyak impor, menjadi hal-hal yang perlu dibenahi demi menuju industri alat kesehatan nasional yang unggul dan berdaya saing.
Bendahara Umum ASPAKI periode 2017-2021, Cristina Sanjaja mengakui alat-alat di dunia kesehatan memang lebih didominasi produk impor.
"Saat ini produk alat-alat kesehatan di Indonesia cuma meng-cover 12% di pasaran selebihnya di kuasai oleh produk import, jadi ini jauh sekali perbedaannya," ujar Cristina.