Masyarakat Sayangkan Baliho Tokoh Politik Bertebaran di Jalanan
jpnn.com, SURABAYA - Jalanan di Kota Surabaya diwarnai banyak baliho berisi foto dan narasi dari tokoh politik.
Hal itu dianggap sejumlah pengendara yang melintas tak ada empati karena dalam kondisi pandemi Covid-19.
Salah satunya dirasakan pengendara di kawasan Ahmad Yani, Khusaini (31).
Dia mengatakan bahwa perjuangan rakyat menghadapi kebijakan pemerintah yang berubah-ubah berbanding terbalik dengan para politisi.
Mereka malah sibuk mencari simpati masyarakat yang berjuang hidup.
"Tentunya menyayangkan, apalagi saat susah-susahnya gini. Daripada buat baliho mending bantu orang yang kena PHK, enggak punya uang, atau ke yatim piatu," ujar dia, Jumat (13/8).
Meski begitu, Khusaini menganggap baliho yang bertebaran di jalanan sebagai hiburan saja.
"Yaudahlah, mau gimana lagi. Kami orang kecil tahu apa," kata dia.
Dalam kesempatan berbeda, pengamat komunikasi politik FISIP Unair Irfan Wahyudi mengatakan secara teknis pemasangan baliho itu tak ada masalah karena tak dilakukan secara liar.
"Sah-sah saja, ya. Yang perlu diperhatikan itu pesan di dalamnya," kata dia.
Pemasangan baliho yang berisi kepentingan politik itu yang dinilai kurang elok.
Sebab, tak relevan jika disandingkan dengan kondisi pagebluk di tengah masyarakat berjuang melawan Covid-19.
"Kalau pesannya justru menyiratkan kepentingan politik tentu mencederai semangat rakyat melawan Covid-19," tutur dia.
Irfan menyebut ada dua cara penyampaian yang digunakan politikus dalam baliho, yaitu promosi secara malu-malu melalui jargon dan terang-terangan atau hard selling.
"Cara kedua itu tak mencerminkan kondisi yang tidak relevan saat ini. Misalnya menyampaikan apa pun yang terjadi mereka tetap mempromosikan dirinya sendiri agar dikenal buat persiapan 2024 mendatang," beber dia.
Irfan menilai konsep iklan yang dilakukan itu hanya buang-buang uang. Pesan promosi yang disampaikan justru bisa menjadi bumerang untuk mereka.
Seharusnya baliho diisi gambar, jargon, narasi, dan iklan yang dapat mempersuasi masyarakat memenuhi protokol kesehatan.
"Dengan begitu publik akan terdorong hidup sehat meningkatkan optimisme melawan krisis kesehatan dan ekonomi," pungkas Irfan. (mcr12/jpnn)
Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini: