Mau Potong Rambut yang Mana Bang? Di Sini Bisa Apa Saja
Eva menceritakan kebanyakan yang datang itu usia 40 – 50 tahunan atau Om-Om. Namun ada juga usia muda sekitar 30 tahunan. Yang mengejutkan dari pengakuan Eva bahkan ada anak usia sekolah yang ikut menjadi pelanggan di sana.
“Ada bang anak SMP atau SMA itu, dia masih kecil sekali. Saya tanya ngakunya anak SMA. Banyak anak sekolah yang main ke sini,” kata Eva.
Eva mengaku sudah beberapa kali dia melayani tamu dari kalangan anak usia sekolah itu. Melayani anak usia sekolah untuk Making Love menurutnya lebih repot dibandingkan melayani orang dewasa. Sebab anak sekolah banyak sekali permintaannya.
“Gayanya juga minta yang aneh-aneh. Jadi lebih baik sama yang usianya 30 tahunan kan. Apalagi yang ganteng,” katanya.
Eva mengakui kalau usaha mereka di tengah komplek pemukiman penduduk. Namun menurut Eva selama usaha itu beroperasi, tidak pernah dirazia. Selain itu juga warga sekitar tidak mempedulikan keberadaan mereka.
“Ya orang komplek ini tahu kalau tempat ini untuk gituan. Tapi mereka cuek saja. Kalau di sini sifat orangnya elo elo gue gue,” katanya.
Memang dulunya pernah ada pemilik bengkel tak jauh dari tempat usahanya itu yang resek dengan usaha itu. “Kalau sekarang tidak lagi. Dia cemburu mungkin karena di sini ramai. Jadi dianggapnya banyak uang,” kata Eva.
Eva menceritakan kalau dia sebelum bekerja di lokasi itu, dia bekerja sebagai penjaga toko baju. Dia tinggal di Perumahan Damri (Perumdam). Saat jenuh ada temannya yang mengajak bekerja menjadi pemijat. Karena upahnya cukup menggiurkan Eva menyetujuinya.