Mau Telepon, Silakan ke Desa Seberang
jpnn.com - Camar Bulan adalah teras terdepan Indonesia di Kalimantan Barat. Sebagai beranda dari ibarat sebuah rumah, maka selayaknya Camar Bulan mudah dijangkau. Teras rumah itu dipoles dan didandani agar terlihat cantik di mata orang luar. Bukan sebaliknya, terasing dari negeri yang sudah merdeka.
Ruslan Ramli, Camar Bulan
Petang itu, puluhan murid SD asyik bermain di halaman sekolah. Tidak jelas apakah bocah-bocah itu sedang latihan untuk sebuah kegiatan atau sekadar mengisi waktu luang. Sebagian berkejaran, ada juga yang sibuk berkelompok. Di lain tempat, seorang guru mengajari muridnya memainkan alat musik tradisional. “Inilah pemandangan sehari-hari desa kami, halaman sekolah selalu ramai setiap petang,” ucap Asman, Sekretaris Desa Temajuk.
Walaupun nama Desa Temajuk pernah heboh di media massa tanah air lewat isu sengketa perbatasan, warganya tidak ambil pusing. Mereka tidak terpengaruh pemberitaan karena tak paham. “Mereka baru tahu itu (sengketa perbatasan, red) setelah menonton televisi. Mereka tidak baca suratkabar atau mendengar di radio. Cuma tahunya dari cerita orang ke orang atau setelah nonton TV. Walaupun ribut, tidak ada masalah. Yang ribut kan di Jakarta, bukan di sini,” kata Asman.
Bagi warga, masalah perbatasan Indonesia-Malaysia sepenuhnya diserahkan pada pemerintah. Meskipun lokasi sengketa berada di lingkungannya, mereka enggan terlibat. Alasannya, mereka tidak tahu akar persoalan. “Itu urusan pemerintah. Kami harus bekerja untuk keluarga. Biarlah pemerintah yang menyelesaikannya. Mau terlibat, kami pun tak paham. Kami tak tahu-menahu soal perbatasan. Jadi, lebih baik bekerja dan cari makan saja,” ujar Jaka, pemuda lokal.
"Yang kami perlukan adalah kejelasan perbatasan, mana yang masuk wilayah Indonesia, yang mana Malaysia. Kami serahkan ke pemerintah dan kami tinggal menurut saja apa keputusannya," tambah Mulyadi, kepala desa (kades) Temajuk.
Bersama Maludin, Camar Bulan adalah dusun yang berada di wilayah Desa Temajuk. Penduduknya mengandalkan kehidupan yang bersumber dari hasil kebun dan laut. Jumlahnya seribuan jiwa. Camar Bulan adalah ibukota Temajuk dengan infrastruktur yang terbelakang dibanding desa lain di Sambas. Jumlah sekolahnya terbatas. Hanya dua bangunan SD dan SMP, gedung SMA cuma satu. Masjid dan musalah ada enam buah.
Selain itu, desa ini punya fasilitas publik lainnya, puskesmas pembantu dan kantor imimgrasi. Malah kantor imigrasinya masih baru. Bangunannya terletak tak jauh dari tapal batas. Namanya Kantor Imigrasi Kelas II Sambas. Sampai sekarang kantor ini belum beroperasi. Pemerintah desa masih menanti jadwal peresmian dari pemerintah provinsi. Kelak, di kantor inilah yang berfungsi sebagai check point.
Warga asing yang masuk ke Indonesia harus melapor terlebih dahulu di sini.
Hampir semua kegiatan sosial warga berpusat di Camar Bulan. Tanah kosong mirip lapangan sepak bola di depan kantor desa dijadikan meeting point. Pertigaan di jantung desa juga selalu ramai aktivitas karena di sekelilingnya berdiri kedai-kedai kecil. Warung ini berfungsi sebagai tempat nongkrong ala kampung. Di belakang kantor desa, dijumpai arena biliar. Rumahnya kecil kumuh, tetapi beberapa anak muda menjadikanya tempat berkumpul.
Sebuah tugu setinggi 3,5 meter dan lebar 1 meter berdiri tegak di jalan utama desa. Bangunannya masih terlihat baru. Warnanya merah-putih dengan logo Burung Garuda di tengah atas. Di bawah logo tertulis Republik Indonesia, Provinsi Kalbar, Sambas, Paloh, lengkap dengan kode pos.
Sekilas, tugu itu belum lama berdiri. Catnya terang, logo yang menempel mengkilap. Warna merah-putih seakan menegaskan bahwa kampung tersebut adalah wilayah Republik Indonesia. “Tugu ini memang baru dibangun,” kata Asman.