Mayat Muslim Pemilih Ahok Tak Disalati? Ini Kata Anies
jpnn.com, JAKARTA - Calon Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menyayangkan adanya kabar tentang praktik-praktik intimidasi jelang putaran kedua pilkada di ibu kota RI. Menurutnya, warga justru harus bisa bersatu.
Anies mencontohkan ancaman pemberhentian program Kartu Jakarta Pintar (KJP), program PPSU dan program lainnya. Selain itu ada pula berita ancaman tidak akan menyalati jenazah muslim yang tak memilih calon gubernur Islam pada pilkada DKI.
"Aksi mengancam bisa menghasilkan reaksi mengancam pula. Menjawab ancaman dengan ancaman seperti ini, walau atas inisiatif pribadi secara independen, bisa membuat suasana jadi makin tidak sehat," ujar Anies dalam keterangan tertulis yang diterima JawaPos.com, Sabtu (11/3).
Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu menegaskan, dirinya bersama Sandiaga Uno selaku calon Wakil Gubernu DKI maupun PKS dan Gerindra yang menjadi partai politik pengusung tidak pernah membuat spanduk ancaman. Menurutnya, sama sekali tak ada anjuran untuk tidak menyalati muslim yang memilih Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat di pulkada.
Karenanya, Anies mengeluarkan tiga seruan pada semua pihak agar menghentikan segala bentuk ancaman kepada warga. Pertama, Anies meminta semua pihak penebar ancaman yang mengeksploitasi kemiskinan warga untuk tidak melakukannya lagi.
Pernyataannya itu terkait dengan ancaman penghentian program-program bantuan untuk rakyat bila duet petahana tidak dipilih lagi. "Ancaman ini dapat memicu keresahan dan dapat memancing reaksi kemarahan," ujarnya.
Kedua, Anies mengimbau warga tetap menunaikan seluruh ketentuan hukum dan setiap kewajiban terhadap jenazah serta menurunkan spanduk ancaman penolakan salat jenazah.
Kemudian ketiga, meminta kepada seluruh relawan pendukung pasangan Anies-Sandi, relawan dan para tokoh atau ulama untuk turun tangan dan terlibat langsung membantu apabila ada yang mengalami kesulitan dalam pengurusan jenazah.