Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Mayjen Daniel Tjen, Satu-satunya Jenderal TNI yang Merayakan Imlek

Rela tak Mudik Demi Tugas, Memperingati dengan Sederhana

Kamis, 19 Februari 2015 – 12:30 WIB
Mayjen Daniel Tjen, Satu-satunya Jenderal TNI yang Merayakan Imlek - JPNN.COM
BINTANG DUA: Mayjen TNI Daniel Tjen di ruang kerjanya, Pusat Kesehatan Mabes TNI. Foto: Dian Wahyudi/Jawa Pos

jpnn.com - TAK banyak warga keturunan Tionghoa yang memilih mengabdikan diri sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia. Dari segelintir orang itu, ternyata ada warga keturunan yang sukses menjadi seorang jenderal TNI. Ya, dia adalah Mayjen  Daniel Tjen. Hari ini Tjen ikut merayakan hari raya Imlek.

Laporan ZULFASLI, Jakarta

BAGI Tjen, hanya ada dua hal yang dirasakannya dengan menjadi TNI. “Selama menjalankan tugas sebagai anggota TNI, saya tidak pernah merasa dibeda-bedakan. Yang saya alami dan rasakan di militer hanya dua, yakni enak dan enak banget. Hanya itu, tidak ada yang lain," katanya, Rabu (18/2). 

Lelaki kelahiran Sungai Liat, Sumatera Selatan, 25 Juni 1957 itu memang seolah ‘menyempal’ dibanding lima saudara kandungnya. Tjen memilih jalan hidup yang menurutnya “out of the box” di saat saudara-saudaranya menekuni profesi sebagai pedagang.

"Masa kecil saya sama dengan anak-anak lain yang lahir di kampung, tidak berpikir untuk menjadi tentara," kenangnya. Daniel kini berkantor di Mabes TNI, Cilangkap. Sehari-hari dia menjabat sebagai Kepala Pusat Kesehatan (Kapuskes) TNI. Nah, sedangkan saudara-saudaranya sudah sukses menjadi pengusaha. 

Sebagai warga keturunan, Tjen justru mengaku bangga dengan institusi tempatnya mengabdi. Kata dia, TNI sama sekali tidak membedakan anggotanya, apakah dia pribumi atau pun non-pribumi.

“TNI ini sangat luar biasa. Untuk memberikan pengabdian kepada bangsa dan negara, TNI tidak mengenal warga pribumi dan non-pribumi. Panglima TNI selalu memberikan tugas-tugas kepada Prajurit TNI sesuai dengan kapasitas masing-masing prajurit. Ini boleh saya katakan jarang terjadi di institusi militer negara-negara sahabat yang masih berkutat pada soal pribumi dan non-pribumi," tuturnya.

Daniel pun ikut mendaftar tentara lewat jalur wamil pada 1984. Setahun kemudian, dia lulus sekolah calon perwira (secapa) dan mendapat tugas pertama di Kodam IX/Udayana. Tepatnya di Batalyon 745 yang bermarkas di Lospalos, Timor Timur (sekarang Timor Leste). Dia langsung bertugas dalam operasi militer.

TAK banyak warga keturunan Tionghoa yang memilih mengabdikan diri sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia. Dari segelintir orang itu, ternyata

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News